Rabu 16 Jan 2019 19:22 WIB

'Kalau Saya tak Pilih Jokowi Nanti Hukumannya Ditembak Mati'

Ryamizard berharap Pilpres dan Pileg harus berjalan dengan tertib.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyimak pertanyaan anggota dewan saat rapat kerja dengan Komisi I DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyimak pertanyaan anggota dewan saat rapat kerja dengan Komisi I DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, menyatakan dirinya mendukung Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Ryamizard menyebut ia tak ingin mengkhianati Jokowi.

"Kalau saya pembantunya, milih Pak Jokowi. Kalau saya tidak milih Pak Jokowi, mengkhianati, nanti hukumannya ditembak mati," kata Ryamizard di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (16/1).

Baca Juga

Purnawirawan jenderal TNI itu menyebutkan, Pilpres dan Pileg 2019 harus berjalan dengan tertib dan aman. Ia tidak ingin ada kerusuhan atau kekacauan yang terjadi dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

"Kita sepakat pemilu ini harus berjalan aman, kita tidak mau pesta demokrasi ini berdarah-darah," jelas dia.

Karena itu, Ryamizard mengajak masyarakat untuk memilih pemimpinan negara yang benar. Ia juga menyebutkan, bagi siapapun yang mengikuti kontestasi Pemilu 2019 harus bersikap bagai ksatria.

"Kita harus ksatria yang menang jangan sombong, yang kalah jangan bermusuh-musuhan," tuturnya.

Ia juga menuturkan, semua pihak yang berkompetisi dalam Pemilu 2019 haruslah melaksanakan kompetisi dengan jujur. Jika terjadi kekacauan dalam Pemilu 2019, akan ada pihak yang senang dan bertepuk tangan, yakni para teroris.

"Kalau ini terjadi ada yang bertepuk tangan, teroris-teroris itu bertepuk tangan. Itu yang utama," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement