REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Hampir semua siswa terutama di SMA/SMK juga Sekolah Luar Biasa (SLB) se-DIY sudah mendapat materi tentang siaga bencana. Selain itu ada sekitar 20 SD dan 30 SMP yang menjadi sekolah siaga bencana.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidkan, Pemuda dan Olahraga DIY, K Baskara Aji. Ia mengungkapkan sekolah siaga bencana ini disesuaikan dengan karakteristik bencana yang sering terjadi di wilayah masing-masing sekolah.
Misalnya sekolah yang ada di sekitar Gunung Merapi seperti di Cangkringan akan mendapat materi tentang erupsi Gunung Merapi, bagaimana pencegahannya, dan relokasinya. Kemudian di sekolah di dekat pantai akan mendapatkan materi tentang tsunami dan sebagainya.
“Jadi kalau anak-anak yang tinggalnya di sekitar Gunung Merapi tidak akan memperoleh materi tentang tsunami, atau sebaliknya dan yang memetakan hal ini teman-teman dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah),” kata Aji.
Ia menjelaskan, materi siaga bencana ini tidak bisa dibuat mata pelajaran tersendiri, melainkan dimasukkan dalam mata pelajaran tertentu. Karena di samping akan menambah jam belajar siswa, gurunya juga tidak ada.
“Kalau dibuat mata pelajaran tersendiri, harus ada gurunya yang lulusan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan) minimal S1, sementara sekarang tidak ada sekolah yang khusus tentang siaga bencana," ujarnya.
Adapun materi yang diberikan kepada siswa tidak perlu yang sifatnya ilmu, melainkan berupa praktik simulasi. Sehingga para pemberi materi soal siaga bencana ke sekolah-sekolah ini yakni para praktisi seperti dari BMKG, kepolisian, dan lain-lain.
Lebih lanjut Aji mengatakan kepada siswa SD, SLB, dan SMP lebih banyak diberikan materi tentang bagaimana seseorang bisa menyelamatkan diri dari bencana. Sedangkan untuk siswa SMA/SMK, di samping dia bisa menyelamatkan diri, juga bagaimana bisa menyelamatkan orang lain.
Setiap saat para siswa ini diberikan pembinaan. Mereka berasal dari sekolah negeri maupun swasta. "Pembentukan dan pemberian materi siaga bencana ini sejak terjadi gempa bumi 2006, kemudian erupsi Gunung Merapi 2010," jelasnya.