Rabu 16 Jan 2019 16:58 WIB

Setengah Bulan, 188 Kasus DBD Tercatat di Sragen

Pemkab menggalakkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di setiap Puskesmas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Seorang anak menjalani perawatan akibat menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)
Foto: Antara/Rony Muharrman
Seorang anak menjalani perawatan akibat menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Dalam setengah bulan di Januari 2019, terdapat 188 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen telah menetapkan ini sebagai status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto, mengatakan, dari 188 kasus DBD tersebut tersebar merata di 20 kecamatan di Sragen. Namun, kasus paling banyak di Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Jenar, Tanon, Mondokan, dan Tangen.

"Data per 16 Januari 2019 sudah ada 188 kasus. Yang meninggal dua di Kecamatan Tangen dan Sambungmacan," terangnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/1).

Status KLB tersebut, lanjutnya, untuk satu kabupaten. Sebab, syarat ditetapkan KLB adanya peningkatan berturut-turut dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakit, atau jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. Pada Januari 2018 jumlah kasus DBD di Sragen sebanyak 12 kasus, sedangkan 1-16 Januari 2019 sudah 188 kasus.

Meski tahun lalu musim kemarau agak panjang, tetapi hal itu dinilai agak berbahaya untuk daerah miskin air. Sebab, warga akan menampung air dalam waktu lama. "Sehingga kami menyarankan untuk menyaring, air dipindah tempat tapi disaring," ujarnya.

Dengan ditetapkannya status KLB DBD, Pemkab Sragen menindaklanjuti berupa menggalakkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di setiap Puskesmas. Perangkat desa berkoordinasi dengan kecamatan untuk melakukan PSN. Kemudian pelaksanaan PSN melalui kader-kader.

Upaya lainnya, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (juru pemantau jentik), serta melakukan monitoring kejadian-kejadian yang ada. Selain itu, pemberian abate pada sumber air yang sulit dijangkau, serta pelaksanaan pengasapan atau fogging.

"Ada posko siaga setiap desa di bidan desa, di kecamatan dan kabupaten," ucapnya.

Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) DKK Sragen, Y Agus Sudarmanto, merinci 188 kasus DBD tersebut secara rinci terjadi di Kecamatan Kalijambe 8 kasus, Plupuh 1 kasus, Masaran 7 kasus, Kedawung 7 kasus, Sambirejo 3 kasus, Gondang 3 kasus, Sambungmacan 4 kasus, Ngrampal 3 kasus, Karangmalang 7 kasus, Sragen 4 kasus, Sidoharjo 8 kasus, Tanon 16 kasus, Gemolong 12 kasus, Miri 10 kasus, Sumberlawang 20 kasus, Mondokan 31 kasus, Sukodono 8 kasus, Gesi 3 kasus, Tangen 19 kasus, dan Jenar 14 kasus

"Sampai sore ini ada 188 kasus. Kalau yang ini penambahan kasus sudah turun karena tanggal 14 Januari itu 111 kasus, tanggal 15 itu 170 kasus, ini naik menjadi 188 kasus, jadi cuma bertambah 18 kasus. Diharapkan penambahan akan turun, turun terus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement