Rabu 16 Jan 2019 05:47 WIB

'Bergugurannya Toko-Toko Ritel Kami'

Disrupsi digital memicu munculnya niaga daring.

Warga keluar gerai Hero yang masih buka di kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (15/1).
Foto:

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan tutupnya sejumlah toko ritel. Selain menjamurnya platform niaga daring, juga karena ada permasalahan daya beli masyarakat.

"Daya beli memang tidak menurun, tapi juga tidak tumbuh impresif, artinya stagnan, bahkan cenderung melambat," ujar Heri.

Di sisi lain, pola konsumsi berubah menjadi serbainstan dan praktis. Kehadiran pasar daring, kata dia, menjawab pola perubahan konsumsi tersebut.

Meskipun demikian, Heri menegaskan, inovasi bisnis turut memengaruhi keberlanjutan bisnis ritel. "Yang telat sedikit saja dalam berinovasi, maka dia akan tertinggal dan semakin kurang peminatnya," katanya.

Central Neo Soho bukanlah satu-satunya gerai ritel yang ditutup. PT Hero Supermarket Tbk menyatakan sedang melakukan efisiensi melalui penutupan sejumlah gerai. Hero menyatakan, sebanyak 532 karyawan terkena dampak efisiensi tersebut, dengan 92 persen di antaranya telah mengerti sekaligus sepakat mengakhiri hubungan kerja dengan perseroan.

Corporate Affairs GM Hero Supermarket Tony Mampuk menyebutkan, sebanyak 26 toko Hero sudah ditutup. "Karyawan yang terdampak telah mendapatkan hak sesuai Undang-Undang Kementerian Tenaga Kerja RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan," ujarnya melalui keterangan resmi tertulis, akhir pekan lalu.

Sampai kuartal III 2018, Hero Supermarket mengalami penurunan penjualan sebanyak 1 persen atau senilai Rp 9.849 miliar. Sebelumnya, pada 2017, penjualan sebanyak Rp 9.961 miliar.

Penurunan tersebut, kata dia, disebabkan oleh penjualan bisnis makanan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Meski begitu, Tony menjelaskan, bisnis nonmakanan tetap menunjukkan pertumbuhan cukup kuat.

Per 30 September 2018, perseroan mengoperasikan 448 toko. Jumlah itu terdiri atas 59 toko Giant Ekstra, 96 toko Giant Ekspres, 31 toko Hero Supermarket, tiga Giant Mart, 258 Guardian Health & Beauty, dan satu toko IKEA.

Tutupnya jaringan toko ritel bukan cerita baru dua tahun belakangan ini. Pada 2018, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) menutup dan tidak memperpanjang gerai-gerai ritel merek asing yang menjadi mitra mereka. Selain ritel produk impor, ritel lokal, seperti Matahari dan Ramayana, juga menutup beberapa toko mereka.

(ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement