Selasa 15 Jan 2019 22:36 WIB

Pengalaman Athira Farina Terbangkan Pesawat Pascagempa Palu

Athira sempat kesulitan mendaratkan pesawatnya lantaran landasan rusak parah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
Salah  satu pilot perempuan termuda, Athira Farina, saat mengunjungi kantor Republika, Selasa (15/1).
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Salah satu pilot perempuan termuda, Athira Farina, saat mengunjungi kantor Republika, Selasa (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama tiga tahun berkarir sebagai pilot, menerbangkan pesawat pascagempa Palu menjadi pengalaman yang paling berkesan bagi Athira Farina. Sehari setelah terjadinya bencana, Athira mendapat tugas untuk mengantarkan bantuan medis ke lokasi bencana.

Athira mengaku sempat merasa kesulitan saat hendak mendaratkan pesawatnya lantaran kondisi landasan pacu yang pecah dan rusak parah. Menurut Athira, bandara Sis Al Jufri saat itu tidak memadai untuk mendaratkan pesawat.

Gadis asal Medan, Sumatera Utara ini juga menceritakan kondisi para korban sekitar bandara yang mencoba bertahan hidup."Orang-orang berusaha mengejar setiap pesawat yang datang minta ikut ataupun minta bantuan," ujar Athira saat berkunjung ke kantor Republika, Selasa (15/1).

Athira mengaku saat itu tidak kuasa menahan air matanya ketika melihat kondisi para korban gempa. Dia bahkan sempat membagikan persediaan makanan yang biasa ada di pesawat untuk para korban.

Pengalaman itu membuat Athira menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Athira pun menganggap tugasnya saat itu sebagai sebuah ibadah yang dia jalani dengan penuh keikhlasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement