REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Sebanyak tiga anak mengalami luka bakar di pada bagian kaki akibat terperosok ke dalam timbunan ‘tanah panas’ di Kampung Kramat Blencong, Desa Segara Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Tanah yang panas tersebut disebut warga sebagai tahi minyak yang merupakan limbah industri. Akibat luka yang parah, dua dari tiga korban harus menjalani operasi.
Ketiga korban tersebut bernama MBW, RSP, MR, yang masih berusia delapan tahun. Adapun korban yang menjalani operasi yakni MBW dan RSP. Operasi dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara.
Orang tua dari MBW, Uga (39 tahun) mengatakan, pada Rabu (16/1) besok, putranya akan menjalani operasi bersama RSP yang merupakan keponakannya. “Rencananya besok mau menjalani operasi lagi karena sampai saat ini belum bisa berjalan. Kemana-mana harus digendong,” kata Uha saat dihubungi, Selasa (15/1).
Uha menjelaskan, MBW menderita luka bakar di kedua kaki mulai dari bagian betis hingga lutut. Sedangkan RSP menderita luka bakar di kedua kaki dan telapak tangan kanan. Ia pun mengaku belum mengetahui hingga kapan putra dan keponakannya harus menjalani perawatan.
Bibi dari MBW dan RSP, Nurul Aulia (22), menambahkan, sebelumnya kedua korban telah menjalani operasi ringan untuk pengangkatan pigmen di RSUD Koja hari Jumat (11/1) pekan lalu, atau sehari setelah kejadian. Nurul pun menjelaskan, kronologis kejadian itu bermula saat tiga korban tengah bermain di lahan kosong dekat rumahnya di siang hari.
Berdasarkan pantauan Republika, pada lahan kosong itu terdapat sejumlah timbunan tanah berwarna hitam pekat yang mengeluarkan bau minyak. Air yang berada di sekitar timbunan berwarna kuning dan mengandung minyak. Nurul mengatakan, warga sekitar mengenal timbunan tanah tersebut sebagai tahi minyak yang dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Hartono.
Nurul melanjutkan, saat bermain di salah satu timbunan, kaki MBW dan RSP tiba-tiba terperosok ke dalam timbunan dan seketika merasa kepanasan. Sedangkan MR yang belum terperosok mencoba untuk menolong. Nahas, MR ikut terjatuh dan merasakan panas di kakinya.
“Sebelumnya mereka mandi di empang lalu terperosok ke tanah. Akibat kepanasan mereka nyebur lagi ke empang yang dekat. Pas naik dari empang sudah melepuh,” ujar dia.
Nurul menceritakan, karena sudah merasa sakit akibat melepuh ketiganya langsung berlarian ke rumah. RSP yang sudah tak kuat menahan sakit pun terpaksa digendong oleh MBW menuju rumah. Sedangkan MR langsung berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah kedua temannya itu.
Sementara korban ketiga, MR, tetap menjalani rawat jalan di rumah. Menurut keluarga, MR menangis dan tidak ingin dibawa ke rumah sakit. MR pun tak bisa ditemui karena sedang beristirahat. Warga dan keluarga dari tiga korban itu pun menuntut kejelasan dari pemerintah. Paling tidak, ada penanganan cepat terhadap tahi minyak tersebut. Sebab, warga pun menjadi khawatir terkena dampak.