Selasa 15 Jan 2019 11:17 WIB

Tukang Sampah Ini Beranikan Diri Ikut Pileg

Dwi sendiri telah menasbihkan hidupnya sebagai tukang sampah selama 23 tahun.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Calon legislatif (Caleg) PKS Kota Malang 3, Dwi Hariyadi bekerja sebagai tukang sampah.
Foto:

 

photo
Calon legislatif (Caleg) PKS Kota Malang 3, Dwi Hariyadi bekerja sebagai tukang sampah.

Rasa khawatir dan ketakutan

Selain melihat persaingan ketat dari calon lainnya, Dwi menilai, dirinya masih banyak kekurangan. Terlebih masalah biaya "mahar" dengan partai politik dan modal kampanye. "Menurut orang dulu, nyaleg itu modalnya banyak, Rp 150 juta itu termasuk sedikit. Lah saya Rp 5 juta nggak punya," ujarnya.

Berulang-ulang kali Dwi menolak tawaran rekannya dengan berbagai alasan. Sampai akhirnya ia pun mulai tertarik ketika diyakinkan tak ada biaya "mahar" untuk mengikuti Pileg Kota Malang ini. Dia juga meminta kepastian kepada rekannya agar dirinya akan selalu "bersih" sampai masa akhir jabatan.

Dwi tak menampik terdapat rasa kekhawatiran dan ketakutan apabila dirinya masuk ke dunia politik. Apalagi, Kota Malang sempat diramaikan isu penangkapan anggota dewan oleh KPK. Pergolakan batin akibat ini tidak hanya dari dirinya, tapi juga keluarga besarnya.

Namun, berkat tekad kuat dan meyakinkan diri untuk tetap teguh, dia akhirnya berkomitmen mengikuti Pileg 2019. Dia melabuhkan diri sebagai kader PKS di Dapil Kedungkandang, Kota Malang. Tak ada mahar, selain biaya pribadi untuk membuat beberapa spanduk maupun stiker sebagai bahan kampanye.

Di dalam proses menuju pendaftaran, Dwi teringat bahwa dirinya hanya diberi waktu tiga hari untuk mengurus segala keperluan administrasi. Dwi sendiri memang caleg pengganti karena terdapat satu kader yang telah mengundurkan diri dari Cemorokandang, Kota Malang. "Saya mengiyakan Selasa, sedangkan Jumat harus urus semua keperluan administrasi. Itu masa yang sangat sempit," jelasnya.

Semua dokumen administrasi pada dasarnya terpenuhi hingga batas waktu pendaftaran. Namun hanya satu kendalanya, surat keterangan kesehatan di mana dia harus memiliki uang sekitar Rp 210 ribu. Sementara dirinya saat itu hanya mempunyai dana sekitar Rp 150 ribu. 

Di tengah-tengah akhir waktu pendaftaran tes kesehatan, Dwi mengungkapkan, harus menyebar ke sejumlah tempat untuk mendapatkan pinjaman. Sampai akhirnya ia memeroleh bantuan Rp 100 ribu dari rekannya yang berada di Sukun. Dwi pun akhirnya berhasil memenuhi semua persyaratan lalu terdaftar sebagai caleg 2019.

Dengan keikutsertaan ini, tak ada harapan selain keinginan agar tetap menjadi pribadi jujur dalam keadaan apapun. Meski diragukan banyak pihak, Dwi tetap optimis mampu membawa aspirasi rakyat kecil. Hal ini terutama dari kalangannya sebagai pengangkut sampah di Kota Malang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement