Ahad 13 Jan 2019 12:49 WIB

Mengapa Shutdown Pemerintah AS Begitu Panjang?

Trump mengakui status darurat nasional bakal masuk ke jalur hukum.

Capitol Dome difoto dari Capitol Visitors Center di Washington, Amerika Serikat. Shutdown yang dicanangkan pemerintah AS telah menimbulkan kekacauan. Ratusan ribu pegawai tidak tahu kapan akan digaji.
Foto:

Sebelumnya, ketua parlemen dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, menentang dana apa pun. Dia juga menentang pembangunan tembok yang dinilainya hanya sebagai pengalihan isu dari kasus penyelidikan Robert Mueller.

"Ini bukan tembok antara Meksiko dan AS. Ini adalah tembok di antara kegagalan pemerintahannya," kata Pelosi.

Tak hanya itu, dia menilai tindakan Trump sebagai dalih saja. "Ini adalah pengalih perhatian besar dan dia adalah penguasa pengalih perhatian," ujar Pelosi menambahkan.

Sejak penutupan ini, Trump jarang berkantor di Oval Office Gedung Putih. Dalam tweet Jumat pagi, Trump menelepon Imigrasi di perbatasan selatan, meskipun penyeberangan perbatasan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian, dia mencoba menyalahkan Demokrat atas penutupan itu.

Trump mengatakan, dirinya fleksibel tentang penghalang yang dibutuhkan. "Saya tidak peduli apa nama mereka," kata Trump. "Mereka bisa menamakannya 'pengkhianat'."

Presiden berusia 72 tahun itu mengatakan kepada penasihatnya bahwa dia percaya perjuangan untuk tembok itu adalah kemenangan politik baginya. Bahkan, kata dia, jika hal itu tidak pernah menghasilkan dana yang diminta.

Penasihat Trump menyarankan agar dia segera memberlakukan keadaan darurat nasional. Alasannya, hal itu memungkinkan Trump untuk mengklaim bahwa dia yang bertindak membuka kembali pemerintahan yang shutdown.

Kedua, tantangan hukum yang tak terhindarkan akan mengirim masalah ini ke pengadilan dan memungkinkan Trump melanjutkan perjuangan untuk tembok. Langkah seperti itu bisa membuat Partai Republik terikat. Beberapa Partai Republik percaya deklarasi Trump akan merebut kekuasaan kongres dan dapat mendesak presiden Demokrat pada masa depan membuat langkah serupa untuk memajukan prioritas liberal.

Seorang pemimpin Rumah Kebebasan Kaukus konservatif yang sering berbicara dengan Trump, Mark Meadows, mengatakan, pengecualian jika Partai Republik dan Demokrat melakukan kompromi menjadi tidak mungkin.

"Saya sepenuhnya berharap dia mendeklarasikan sebuah darurat nasional," kata dia. "Kebanyakan kaum konservatif menginginkannya sebagai pilihan terakhir yang akan dia gunakan," kata Meadows.

(n ap ed: dewi mardiani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement