Sabtu 12 Jan 2019 23:37 WIB

FSGI: Guru Harus Berpikir Kritis

Literasi digital dinilai mendesak buat guru.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kanan) berdiskusi dengan Mendikbud Muhadjir Effendy (kanan) saat acara silaturahmi dengan Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) berdiskusi dengan Mendikbud Muhadjir Effendy (kanan) saat acara silaturahmi dengan Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo menyatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memberikan pelatihan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) bagi para guru. Ini disampaikan FSGI menyusul adanya oknum guru sekolah swasta yang ditangkap polisi terkait kasus hoaks.

"Guru jangan hanya difokuskan ke pelatihan-pelatihan teknis administratif kurikulum semata. Tetapi pada 'keterampilan berpikirnya' yang lebih utama," ujar dia dalam keterangan pers, Sabtu (12/1).

Menurut Heru, pelatihan keterampilan HOTS tidak hanya bertujuan agar para guru terbiasa berpikir kreatif, kritis, inovatif, analitis dan mampu memecahkan masalah. Jika gurunya sudah mampu berpikir dan bertindak HOTS, maka para peserta didiknya akan juga terbiasa berpikir HOTS.

Heru melanjutkan, literasi digital juga mendesak diperlukan guru. Sebab penggunaan internet dan makin masifnya kepemilikan terhadap gawai di masyarakat saat ini, berdampak terhadap arus informasi yang makin besar.

Para guru pun memiliki akun-akun media sosial, dan akses internet tiap detik bisa dilakukan tanpa batas. "Guru tak hanya dituntut rajin membaca buku (di luar buku teks pembelajaran), tetapi memiliki keterampilan literasi terhadap penggunaan media sosial  atau digital. Guru seharusnya tidak mudah percaya dengan apa yang disuguhkan oleh internet," kata dia.

Mekanisme berpikir kritis dan verifikatif, papar Heru, seharusnya lebih dulu dilakukan. Jika ada berita yang belum valid kebenarannya maka bisa dipastikan dulu. Guru jangan mudah membagikan tautan web tanpa memahami konten berita. Apalagi dari web kanal berita yang medianya tidak dikenal atau tidak mainstream.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement