Jumat 11 Jan 2019 08:17 WIB

Tarif Pesawat tak Lagi Murah

Tarif pesawat masih terbilang mahal meski pada periode 'low season'.

Pesawat di bandara  (ilustrasi)
Foto:
Petugas memeriksa kondisi pesawat terbang jenis Boeing 737 milik maskapai penerbanganLion Air sebelum terbang di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018).

Tingginya tarif tiket pesawat turut dirasakan masyarakat di daerah. Di Padang, Sumatra Barat, sebagian kon sumen mengeluhkan mahalnya tiket pesawat udara untuk rute Padang-Jakarta yang sudah terjadi sejak pertengahan Desember 2018 hingga Januari 2019.

Berdasarkan penelusuran di salah satu situs penyedia tiket daring di Padang, Kamis (10/1), untuk kategori penerbangan berbiaya murah rute Padang-Jakarta dengan lama penerbangan 1 jam 50 menit, tarifnya dibanderol Rp 1.134.000 untuk jadwal penerbangan tiga hari ke depan. Biasanya, tarif nya hanya Rp 700 ribu.

Sementara itu, maskapai rute Padang-Jakarta yang transit di Kuala Lumpur dengan lama perjalanan 7 jam 45 menit, harga tiketnya Rp 1,12 juta atau lebih murah daripada penerbangan langsung. "Masa saya mau ke Jakarta karena ingin murah harus lewat Malaysia dulu, mesti punya paspor dulu. Ini kan sudah tidak masuk akal secara logika," kata Ardi, salah seorang warga Padang.

Jika merujuk pada PM Nomor 14 Tahun 2016, tarif batas atas rute Jakarta-Padang untuk kelas ekonomi adalah sebesar Rp 2.608.000. Sementara tarif batas bawahnya Rp 782 ribu.

VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan memastikan, harga tiket pesawat yang dijual Garuda masih sesuai regulasi. Tarif mengacu pada batas harga atas dan bawah yang ditentukan Kemenhub.

"Garuda Indonesia ini kan full service ya. Harganya pasti sudah dibatasi," ujar Ikhsan.

Dia mengatakan, Garuda Indonesia sangat paham bahwa penjualan tiket pesawat harus sesuai dengan aturan yang ada. Kisarannya, lanjut Ikhsan, tidak boleh keluar dari batas atas dan bawah.

"Garuda Indonesia masih tertib menjual tiket tidak di atas batas atas. Jadi, kami bukan menaikkan harga tiket, melainkan masih di kisaran yang ditetapkan," tutur Ikhsan.

Ikhsan mengatakan, meski libur Natal dan tahun baru 2019 berakhir, permintaan di beberapa kota besar masih terus meningkat. Hal itu, menurutnya, yang menyebabkan harga tiket masih terbilang tinggi.

Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, maskapai penerbangan sedang menghadapi situasi dilematis. Dia menjelaskan, biaya operasional dalam setahun terakhir terus naik. Kenaikan itu disebabkan depresiasi nilai tukar rupiah, kenaikan harga avtur, kenaikan biaya sewa fasilitas di bandara, hingga kenaikan biaya navigasi penerbangan. "Harga avtur di Indonesia itu 30 persen lebih mahal dibandingkan negara tetangga," katanya.

Meski harga tiket dianggap mahal oleh konsumen, ia yakin maskapai tak akan ada yang berani melampaui tarif batas atas yang telah ditetapkan. Sebab, maskapai yang melanggar ketentuan akan dicabut izin rutenya.

"Maskapai tidak bisa bermain di harga tiket. Itu sebabnya, sekarang maskapai bermain di harga bagasi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement