Kamis 10 Jan 2019 16:38 WIB

Indonesia Butuh Lebih Banyak Tenaga Logistik

Kebutuhan ahli logistik setiap tahun di Indonesia sekitar 17 ribu orang.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepala Departemen Logistik PT Pos Indonesia, Suntoro, mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan lebih banyak tenaga logistik. Hal tersebut diungkapkan saat menjadi pemateri dalam Workshop Prospek dan Model Pendidikan Program Vokasi Manajemen Logistik dan Bisnis Properti, di Gedung Kuliah Bersama (GKB) IV Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), belum lama ini.

Menurut Suntoro, selama ini terdapat kesenjangan besar antara ketersediaan dan permintaan Sumber Raya Manusia (SDM) tenaga ahli logistik. "Kebutuhan ahli logistik setiap tahun di Indonesia sekitar 17 ribu orang, dengan asumsi satu perusahaan, dua orang tenaga ahli logistik," kata Suntoro.

Sementara sejauh ini, kata Suntoro, ketersediaan kontribusi SDM di sektor logistik dari lembaga formal hanya ditopang sedikit lembaga pendidikan tinggi. Beberapa di antaranya seperti Poltek Pos Bandung, ST Logisitik Bandung dan Institut Teknologi Harapan Bangsa. Kemudian ST Transportasi Jakarta, Universitas Mercubuana Jakarta dan Politeknik APP.

Di kesempatan itu, Suntoro mengapresiasi rencana pendirian program Vokasi Menejemen Logistik dan Bisnis Properti melalui Pusat Pendidikan Vokasi (PPV). Pendirian program ini berarti UMM telah turut membantu Indonesia menyuplai tenaga ahli logistik.

"Saya siap membantu dalam penyusunan kurikulum program vokasi ini,” ungkapnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/1).

Dia menambahkan, semua kegiatan perekonomian di Indonesia pada dasarnya berkaitan tentang logistik. Sebab, sektor logistik merupakan salah satu acuan perekonomian Indonesia. Dalam hal ini berhubungan di saat pergerakan barang dan konsumsi dipantau melalui logistik, baik di pedesaan, perkotaan, maupun di sebuah negara.

Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi dan sumberdaya lainnya. Hal ini dilakukan pada produk, jasa dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal.

“Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM Profesor Syamsul Arifin mengatakan, suka atau tidak suka pendidikan tinggi harus merespons era industri 4.0 dengan kreatif melalui berbagai program. Dengan demikian alumninya bisa ada jaminan masa tunggu kelulusan hingga diterima kerja tidak terlalu lama.

Untuk mengawali PPV ini, UMM akan membuka lima sekolah bidang keahlian. Sekolah-sekolah tersebut, yakni Desain dan Media, TIK dan Elektronika, Bisnis dan Manajemen, Kesehatan dan Hospitality, serta Agribisnis. Kelima sekolah keahlian ini akan dibangunkan gedung seluas 12,5 hektar di wilayah Karangploso, Kabupaten Malang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement