Rabu 09 Jan 2019 17:49 WIB

Sepanjang 2018, Dua Warga Meninggal karena DBD

Upaya pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging juga dilaksanakan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) telah merenggut dua korban jiwa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sepanjang 2018. Kendati begitu, angka kasus DBD di daerah ini  mengalami penurunan di tahun yang sama.

Kepala Bidang Pengendali dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, dr Hasty Wulandari mengatakan, kasus BDB paling tinggi di Kabupaten Semarang terjadi pada 2016, dengan jumlah kasus sebanyak 993 dengan tujuh meninggal dunia.

Kemudian pada 2017 mengalami penurunan ada 246 kasus dengan satu orang meninggal dunia. “Untuk 2018 kembali menurun menjadi 175 kasus, tetapi jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 2 orang,” jelasnya, Rabu (9/1).

Ia menambahkan, menghadapi pergantian musim beberapa waktu lalu, Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk kembali meningkatkan langkah-langkah antisipasi dengan menggiatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Upaya ini dilakukan dengan menerbitkan surat edaran kepada tiap puskesmas agar diteruskan hingga lingkungan desa/kelurahan agar mengoptimalkan peran juru pemantau jentik (jumantik) dan mengimbau seluruh warga di Kabupaten Semarang untuk meningkatkan gerakan PSN.

Sedangkan upaya pemberantasan nyamuk dewasa dengan fogging juga dilaksanakan kendati bukan prioritas. Menurutnya, upaya fogging tidak menyelesaikan masalah karena akan membuat nyamuk dewasa menjadi resisten.

“Yang paling utama, kita gerakkan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masing- masing dengan melakukan gerakan PSN dan meminimalisir tempat-tempat yang bisa menjadi vector berkembangnya nyamuk penyebar penyakit DBD,” lanjut Hasty.

Sementara itu, kendati upaya fogging dianggap kurang efektif untuk mengendalikan penyakit DBD, permintaan dari warga masih cukup banyak. Terutama jika di lingkungannya sudah ditemukan suspect DBD.

Salah satunya di wilayah Dusun Praguman, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang. Fogging dilaksanakan atas permintaan warga, pada Rabu siang ini.

Kepala Dusun Praguman, Mintardi mengatakan, fogging dilaksanakan di empat wilayah rukun tetangga (RT). Karena kasus warga yang terkena penyakit DBD sudah ditemukan di lingkungan tersebut.

“Setelah ada tujuh orang warga dusun yang dirawat di rumah sakit, permintaan untuk fogging menguat. “Warga ini lebih mantap jika dil ingkungan mereka sudah dilakukan fogging,” tambahnya.

Sebagai pemangku lingkungan, ia hanya bisa mengakomodasi keinginan warga selain mengingatkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan serta tempat tinggal masing-masing.

“Awalanya kami sampaikan permintaan warga ini kepada pihak Puskesmas, lalu ditindaklanjuti dengan survei dan dilaksanakan fogging ini,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement