Rabu 09 Jan 2019 10:03 WIB

Peneliti LSI: Demokrat Butuh Pendongkrak Elektabilitas Baru

Popularitas SBY tak berkorelasi signifikan terhadap elektabilitas Partai Demokrat.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan) didampingi Ibu Ani Yudhoyono (kanan) Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Ketua Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (kedua kiri).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan) didampingi Ibu Ani Yudhoyono (kanan) Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Ketua Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat harus memunculkan sumber pendongkrak elektabilitas baru untuk dapat bersaing memperebutkan posisi empat besar pada Pemilu 2019. Meski pamor personal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih cukup kuat, tetapi popularitas tersebut tak berkorelasi signifikan terhadap elektabilitas partainya itu.

"Pamor personal SBY memang masih cukup kuat. Namun pamor personal tersebut tak berkorelasi signifikan dengan elektabilitas Partai Demokrat," jelas peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa, dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (8/1).

Ia menjelaskan, sosok sang anak, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai figur baru memang potensial. Akan tetapi, AHY belum sepopuler SBY.

Keyakinan publik terhadap kapabilitas AHY pun belum kuat. Selain itu, AHY juga belum menjadi figur sentral Partai Demokrat.

"Sumber pendongkrak memang tak hanya bertumpu pada tokoh. Program yang menyentuh the heart and the mind pemilih pun bisa berefek besar pada elektabilitas partai. Tentunya jika program tersebut dikampanyekan secara masif dan tepat sasaran," ujar Ardian.

Jika Partai Demokrat tak melakukan suatu hal yang luar biasa, kata dia, maka partai ini berpotensi kembali ke khittahnya, yakni sebagai partai menengah bawah. Posisi seperti saat pertama kali mereka mengikuti pemilu pada 2004.

"Pada Pemilu 2014, Partai Demokrat masih berhasil memperoleh suara sebesar 10,2 persen. Suara di atas 10 persen membuat Partai Demokrat masih diperhitungkan sebagai partai besar pada pemilu sebelumnya," tururnya.

Dalam lima survei terakhir LSI Denny JA sejak Agustus 2018 hingga Desember 2018, Partai Demokrat konsisten berada di posisi kelima. Partai berwarna biru ini mengekor Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang terus berada di posisi keempat.

"Meski berbeda peringkat, namun jarak elektabilitas kedua partai ini pun tak jauh. Selisih elektabilitas partai hanya di bawah lima persen," ungkap Ardian.

Ardian menambahkan, selisih terdekat kedua partai terlihat pada survei Agustus 2018. Ketika itu, elektabilitas PKB sebesar 6,7 persen dan elektabilitas Partai Demokrat sebesar 5,2 persen. Selisihnya hanya sebesar 1,5 persen.

Rilis survei kali ini merupakan rangkuman dari lima survei terakhir LSI Denny JA sejak Agustus 2018 hingga Desember 2018. Setiap bulannya, mereka membuat survei nasional menggunakan 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode multistage random sampling.

Menurut Ardian, margin of error setiap survei tersebut kurang lebih 2,9 persen. "Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement