Selasa 08 Jan 2019 10:39 WIB

Pasien BPJS Antre Panjang, Menkes: Ada Kesadaran Berobat

Hingga Desember 2018 sudah ada 2.217 rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Polemik Pemutusan BPJS Kesehatan. Menkes Nila F Moeleok (kiri) bersama Dirut BPJS Kesehatan Fahmi Idris menggelar konpres bersama di Kemenkes, Jakarta, Senin (7/1/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Polemik Pemutusan BPJS Kesehatan. Menkes Nila F Moeleok (kiri) bersama Dirut BPJS Kesehatan Fahmi Idris menggelar konpres bersama di Kemenkes, Jakarta, Senin (7/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek melihat ada sisi positif dari antrean panjang peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Sisi positifnya adalah adanya kesadaran untuk berobat.

"Memang kita bisa melihat semakin banyak orang (peserta JKN-KIS) antre mendapatkan pelayanan kesehatan tetapi itu artinya ada kesadaran untuk berobat," katanya kemarin.

Nila mengungkapkan, seluruh RS di Indonesia yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan per Desember 2018 yaitu sebanyak 2.217 rumah sakit (RS).

Rumah sakit tersebut, melayani total peserta JKN-KIS sekitar 205 juta jiwa lebih.  Ia pun membandingkan sebelum ada program JKN-KIS, banyak masyarakat yang sakit tidak mampu berobat karena kendala uang. Kini, JKN-KIS membuat keuangan masyarakat yang sakit terselamatkan.

Baca juga, Menkeu: Pemerintah Berupaya Tekan Defisit BPJS Kesehatan.

Nila mengungkapkan, pemerintah membayar iuran penerima bantuan iuran (PBI) sebanyak 92,4 juta jiwa. Jumlah itu akan dinaikkan menjadi 96,8 juta jiwa.

"Artinya mereka (PBI) semua tercover (dana JKN-KIS dibayar pemerintah)," katanya.

Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, peserta JKN-KIS secara nasional sebanyak 205.071.003 jiwa per 1 November 2018.

Sementara jumlah penduduk Indonesia menurut Dukcapil Semester I tahun 2018 sebanyak 263.950.794 jiwa. Artinya tingkat kepesertaan JKN-KIS baru 77,69 persen hingga 1 November 2018 dan sebanyak 22,2 persen belum menjadi peserta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement