REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Abdul Kadir Karding menilai permintaan uji baca Alquran yang dicetuskan ulama Aceh bukanlah politik identitas. Sebab, keinginan tersebut datang dari keinginan masyarakat sendiri.
"Uji baca Alquran bukan politik identitas karena keempat capres cawapres beragama Islam dan tidak bertensi untuk meminggirkan kelompok agama lain," ujar Karding dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (1/1).
Ketua DPP PKB menyarankan sebaiknya pasangan Prabowo-Sandiaga mengamini permintaan masyarakat dan ulama Aceh tersebut. Sebab, menurutnya, selama ini Prabowo-Sandiaga kerap mengklaim sebagai capres cawapres hasil keputusan ulama dan selalu mendengungkan pemilih untuk patuh pada ulama.
"Uji baca Alquran penting untuk mengukur seberapa sungguh-sungguh kedua kandidat dalam mengamalkan dan menghayati agamanya. Sehingga tampak sebenarnya siapa di antara mereka yang sungguh-sungguh menjadikan agama menjadi bagian hidupnya atau hanya sekadar ingin mempolitisasi agama untuk tujuan kekuasaan," katanya.
Ia menyebut permintaan uji baca alquran tersebut wajib dilakukan kedua kandidat lantaran masyarakat Aceh selama ini hidup dalam nilai-nilai Islam yang tertuang dalam keistimewaan hukum daerah (qanun) yang mereka miliki. Selain itu, umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas di Indonesia dan pemilik suara terbesar di pilpres mendatang dianggap berhak untuk tahu seberapa dalam kandidat capres cawapres memahami kitab suci agamanya sendiri.
"Sehingga dari kemampuan membaca Alquran setidaknya umat Islam sedikit tenang bahwa pemimpin mereka tidak cuma matang secara jasmani tapi juga rohani. Sehingga pada mereka layak digantung harapan untuk kehidupan lebih baik di masa yang akan datang," kata dia.