Ahad 30 Dec 2018 17:05 WIB

Obat Gatal, Antibiotik dan Vitamin, Paling Dibutuhkan

Kondisi di pengungsian ditambah hujan membuat daya tahan tubuh menurun.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku Lampung Selatan memilih pakaian layak pakai di Posko pengungsian Kalianda, Lampung Selatan, lampung, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Ardiansyah
Pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku Lampung Selatan memilih pakaian layak pakai di Posko pengungsian Kalianda, Lampung Selatan, lampung, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Sepekan pascatsunami menimpa pesisir Banten, para pengungsi mulai terserang berbagai penyakit. Wakil Komandan Satuan Tugas Kesehatan, Batalyon Kesehatan 1 Marinir, Mayor Laut Kesehatan Ma'isban mengatakan, obat-obatan yang paling banyak dibutuhkan para pengungsi umumnya adalah obat gatal, vitamin, dan antibiotik.

Menurut dia, kondisi di pengungsian ditambah cuaca yang selalu hujan membuat daya tahan tubuh menurun. Karena itu, banyak pengungsi yang mengalami masalah kesehatan.

"Kalau dari tujuh hari ke sini selalu hujan, mereka tidur di bawah. Pasti berpngaruh, masuk angin," kata dia saat ditemui Republika.co.id di Posko Kesehatan, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Ahad (30/12).

Ia mengatakan, turunnya kondisi fisik para pengungsi merupakan hal yang wajar. Pasalnya, pola hidup mereka berubah, dari biasanya di tempat nyaman saat ini tidur hanya beralaskan terpal dan tikar.

Baca juga, 1,4 Ton Rendang Sumbar Diberangkatkan ke Lampung-Banten

Menurut dia, sejauh ini penyakit pengungsi yang datang umumnya adalah demam, diare, ISPA, dan penyakit kulit. Meski begitu, ia mengklaim kondisi pengungsi mulai membaik dari hari ke hari.

"Sudah mulai membaik. Kunjungan pasien mulai menurun dari hari ke hari. Yang tadinya tinggi, sekarang sekitar 20 pasien," kata dia. 

Selain itu, Ma'isban menambahkan, hingga saat ini pihaknya juga masih memiliki stok obat yang mencukupi. Bantuan dari relawan juga membantu pihaknya untuk mengatasi ketersediaan obat.

"Kalau kurang, kita koordinasi dengan dinas setempat," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement