Ahad 30 Dec 2018 09:06 WIB

Anak Korban Tsunami Lampung Selatan Jalani Terapi

Anak korban bencana akan dihinggapi rasa ketakutan dan mimpi buruk

Anak-anak pengungsi korban bencana Tsunami mendengarkan hiburan dan permainan dari petugas Kementerian Sosial di Posko Pengungsi Labuan ,Banten, Senin (24/12).
Foto: Republika/Prayogi
Anak-anak pengungsi korban bencana Tsunami mendengarkan hiburan dan permainan dari petugas Kementerian Sosial di Posko Pengungsi Labuan ,Banten, Senin (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN -- Ratusan anak korban terdampak tsunami Selat Sunda yang mengungsi di kawasan perbukitan dekat pesisir Kabupaten Lampung Selatan menjalani terapi Layanan Dukungan Psikososial (LDP). Layanan terapi ini diberikan oleh Kementerian Sosial.

"Layanan ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari ketakutan yang dialami oleh anak-anak pascatsunami," kata anggota tim lapangan LDP Asep Subarkah di perbukitan Gunung Rajabasa, Way Muli Timur, Lampung Selatan, Ahad (30/12).

Dia menyebutkan bahwa untuk mereduksi ketakutan anak-anak tersebut, maka harus dilakukakn pendampingan agar aktivitas keseharian mereka berjalan dengan normal. Ade mencontohkan pendampingan yang dilakukan adalah membuat mereka kembali pada kehidupan mereka sehari-hari, seperti menyanyi, mengobrol, bermain, belajar serta hal-hal yang biasa mereka lakukan.

"Kami akan petakan lagi kegiatan harian anak-anak di sini apa, seperti sore hari biasanya mereka mengaji, nanti kita akan adakan pengajian," katanya pula.

Ia menjelaskan ingatan pada rasa ketakutan dan mimpi buruk pada tahap awal bencana itu wajar dialami mereka, karrna tidak bisa hilang begitu saja dari ingatan mereka. "Normalnya ketakutan akan peristiwa itu, akan berlangsung selama dua minggu, namun tidak dengan ingatan," ujarnya pula.

Menurutnya, ingatan mengenai suatu kejadian besar atau penting bagi seseorang tidak mudah hilang, bahkan akan terbawa hingga usia tua nanti, sehingga menjadi pengalaman traumatis.

Karena itu, katanya lagi, dengan diadakan pendampingan dan layanan terapi psikososial ini bukan untuk menghapus ingatan mereka, akan tetapi mereduksi ingatan yang dialami mereka bukan lagi sebagai sebuah ketakutan namun menjadi sebuah kekuatan serta hal-hal yang positif.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement