Sabtu 29 Dec 2018 20:44 WIB

Bank Sampah Penggerak Warga Peduli Lingkungan

Bank Sampah Rawajati berhasil mengubah koran dan plastik bekas menjadi barang mahal

Wahid menyapu dedauan yang diolah menjadi pupuk kompos.
Foto: ERIK PURNAMA PUTRA/REPUBLIKA
Hasil produk kerajinan karya pengurus Bank Sampah Percontohan Rawajati yang masuk dalam kompleks KBA Rawajati.

Bidang Penghijauan Bank Sampah Percontohan Rawajati, Sutiek Ngatio (65) mengatakan, wilayahnya mendapat sorotan dari berbagai pihak, setelah secara berkelanjutan menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan, terutama keberhasilan dalam menangani sampah plastik. Capaian itu ternyata menarik perhatian PT Astra International yang mengadakan pengobatan gratis bagi warga RW 03 Rawajati pada 2013. Setelah itu, pengurus bank sampah terus menjalin kontak dengan pihak perusahaan. Langkah nyata kerja sama kedua belah pihak, sambung Sutiek, terjadi pada 2014, yang mulai intens diadakan pelatihan pembuatan kerajinan dari koran bekas atau plastik yang tak terpakai. 

Sutiek mengatakan, pelatihan daur ulang barang bekas dilakukan untuk mengurangi sampah lingkungan menjadi barang bernilai jual tinggi. Kemudian, puncak kerja sama tersebut berupa diresmikannya Kampung Berseri Astra (KBA) Rawajati pada Februari 2015, yang diikuti dengan bantuan pembangunan PAUD Bunga Jati. "Astra masuk dasarnya saja, kita kembangkan sendiri kerajinan ini. Dulu pelatihannya membuat mangkok saja," kata Sutiek di posko berukuran sekitar 2x2 meter ini yang terdapat tumpukan koran dan bekas bungkus minuman sachet, yang berserakan dan sedang dibuat menjadi produk kerajinan. 

Sylvia menimpali, bantuan tak hanya itu lantaran Astra juga memberikan mesin pencacah untuk menangani sampah plastik. Menurut Sylvia, berbagai bantuan lewat CSR itu terjadi berkat saling menjaga kepercayaan antara pengurus bank sampah dan pihak perusahaan. Sehingga, KBA Rawajati setiap harinya bisa terus ada kegiatan yang bertujuan memberdayakan masyarakat dengan basis peduli lingkungan. 

Dia menuturkan, kehadiran Astra sangat mengubah aktivitas sehari-hari pengurus yang sekarang semakin banyak kegiatan. "Ini semacam kampung binaan Astra, ini kita bisa saling berkesinambungan. Alhamdulillah sekarang punya gedung PAUD sudah tenang, karena 100 lebih siswa yang dulu belajar tidak tetap, kini punya kelas sendiri," kata Sylvia.

Sutiek melanjutkan pengalamannya yang paling berkesan ketika mengikuti pameran kerajinan olahan buatan tangan pengurus Bank Sampah Percontohan Rawajati dalam rangka HUT ke-60 Astra di Jakarta Convention Center (JCC) pada Februari 2017. Berbagai barang yang dipajang dari KBA Rawajati, yang terbuat dari koran, seperti keranjang sampah, tempat tisu, mangkok, tempat pensil, hingga boneka ondel-ondel dengan harga mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, laris terjual dibeli pengunjung. 

Menurut Sutiek, para pembeli tertarik membeli produk dari koran bekas yang didaur ulang dengan polesan pelitur kayu jati tersebut, lantaran juga diberi pelatihan praktik membuat kerajinan. Dia bersama Sylvia dan pengurus bank sampah lain yang bergiliran jaga, tak henti-hentinya mengajari pembeli membuat barang kerajinan, termasuk alas dari bungkus kopi sachet. "Saya ikut ngajarin lakunya pesat banget, sekaligus praktik juga. Karena kalau gak gitu mereka tak tertarik, ndilalah malah antusias, laku jutaan jualan di sono," ujar Sutiek dengan logat khas Betawi. 

Sutiek menyatakan, melihat banyaknya orang yang rela antre belajar membuat kerajinan dari barang bekas, hal itu membuatnya sempat membatin sendiri. Pasalnya, sampah plastik maupun koran bekas yang kadang tercecer di jalanan ternyata bisa menjadi produk bermanfaat, dan digemari masyarakat kelas menengah atas. Sehingga, meski ada produk yang berharga cukup mahal, tetap laku terjual.

"Ada yang beli satu kurang, ingin belajar. Kata ibunya 'daripada bengong di rumah, bisa mengisi waktu membuat ini'. Padahal kalau dipikir bahan tak mahal, namanya limbah, tapi kreativitasnya ini yang mahal. Karena ini njelimet harus telaten," kata Sutiek.

Sylvia mengatakan, karena para pembeli didominasi ibu-ibu kalangan menengah atas, mereka tertarik ketika diajari tahap pembuatan barang. Karena pembeli tak berhenti mengalir, stan KBA Rawajati termasuk yang paling ramai dipadati pengunjung. Sylvia pun merasa senang lantaran Astra kerap kali memfasilitasi ikut pameran di berbagai tempat, sehingga produk para pengurus bank sampah bisa laku terjual dan keuntungannya digunakan untuk operasional sehari-hari. 

"Dari berbagai barang bekas, seperti koran dan plastik kita buat menjadi berbagai macam kerajinan, tikar, tempat sampah, vas bunga, dan macem-macem yang dijual harganya bernilai berkali-kali lipat. Dari situ keuntungan buat operasional sehari-hari," kata Silvya yang mendampingi Sutiek.

Bendahara Bank Sampah Percontohan Rawajati, Hilalia menyebut, aktivitas yang dilakukannya seolah menjadi inspirasi daerah lain yang kerap melakukan studi banding untuk mendirikan bank sampah. Bahkan, karena aktivitas produktif yang dilakukan para pengurus membuat banyak wartawan, baik media cetak, online, dan televisi membuat liputan di tempat tersebut. Bahkan, ia mengaku, sempat pula ada televisi dari luar negeri yang datang meliput ibu-ibu warga RW 03 Rawajati yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitar. 

Hilalia mengaku, senang lantaran kegiatan yang dilakukannya bisa memberi dampak positif untuk diikuti masyarakat daerah lain. "TV sudah kenyang. Syuting terus banyak banget, sampai ada TV luar negeri, lupa tahun 2016 kalau gak salah," kata Hilalia menambahkan.

Bidang Organik Bank Sampah Percontohan Rawajati, Wahid mengatakan, warga RW 03 Rawajati memang dikenal kompak dalam mengatasi permasalahan lingkungan sejak awal 2000-an, yang dimulai program Tasake. Dia pun mengingat tahap demi tahap perjalanan Bank Sampah Percontohan Rawajati yang dianggap sukses, hingga pada 2013 sempat menjadi rujukan seluruh wilayah di Jakarta bagi yang ingin merintis pendirian bank sampah. Karena lingkungan asri banyak pepohonan dan tak ada sampah berserakan, membuat kualitas air sumur menjadi baik. 

Dia menuturkan, setiap harinya ada saja orang yang membeli pupuk kompos yang terbuat dari dedaunan. Hasil pupuk kompos tersebut menjadi tambahan pemasukan bagi pengurus bank sampah untuk bisa mandiri dana menjalakan berbagai aktivitas sehari-hari. "Karena jadi bank sampah percontohan, sehingga banyak peminat yang datang untuk belajar, ada dari Bali mahasiswa datang, ada juga dari Jambi. Astra juga masuk setelah melihat kemajuan di sini dan akhirnya ikut mengembangkan yang ada di sini," kata Wahid.

Head of Environment and Social Responsibility PT Astra International Tbk Riza Deliansyah menjelaskan, program KBA merupakan sebagai bentuk kontribusi sosial Astra untuk masyarakat dengan konsep pengembangan terintegrasi antara empat pilar program CSR. Program tersebut meliputi, pilar pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. Riza mengatakan, program yang dikerjakan Astra dengan berkolaborasi bersama masyarakat bertujuan untuk mewujudkan wilayah bersih, sehat, cerdas dan produktif. Menurut dia, KBA berbentuk program pembinaan dan pemberdayaan, dan diharapkan dapat berdampak positif kepada masyarakat. 

Dengan begitu, sambung dia, secara kolektif masyarakat dapat mengambil tindakan inisiatif perubahan untuk mengubah kualitas kehidupan masyarakat baik dari segi pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan peningkatan standar kesejahteraan. “Grup Astra berkomitmen untuk menambah jumlah Kampung Berseri Astra (KBA) sehingga pada akhir 2018 seluruh provinsi di Indonesia yang berjumlah 34, akan memiliki KBA di daerahnya masing-masing,” tutur Riza dalam siaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement