Sabtu 29 Dec 2018 20:44 WIB

Bank Sampah Penggerak Warga Peduli Lingkungan

Bank Sampah Rawajati berhasil mengubah koran dan plastik bekas menjadi barang mahal

Wahid menyapu dedauan yang diolah menjadi pupuk kompos.
Foto: ERIK PURNAMA PUTRA/REPUBLIKA
Wahid menyapu dedauan yang diolah menjadi pupuk kompos.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Rindang dan sejuk. Itulah kesan pertama yang tertangkap saat memasuki wilayah RW 03 Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan (Jaksel). Sangat jauh berbeda dengan kondisi Ibu Kota yang identik dengan panas dan pengap, di RW 03 Rawajati pemandangannya terlihat kontras karena dipenuhi pepohonan. Satu keunggulan lagi yang menjadikan wilayah ini sangat berbeda dengan kelurahan lainnya, yaitu jalanannya sangat bersih. Sulit menemukan sampah yang tercecer. 

Ketika Republika berkunjung ke Kampung Berseri Astra (KBA) Rawajati, belum lama ini, sampah yang kelihatan di pinggir jalan hanya dedaunan yang rontok dari pohon lantaran diterpa angin. Itu pun karena belum sempat dibersihkan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias pasukan oranye, yang masih sibuk membersihkan lapangan basket dari genangan selepas hujan, yang berada di tepi jalan. 

Setelah menyusuri beberapa bagian di RW 03 Rawajati dengan menggunakan sepeda ontel, kesimpulan yang didapat hanya satu, yaitu wilayahnya tertata rapi, benar-benar bersih, dan hawanya sangat sejuk. Tidak hanya jalan utama, melainkan jalan di dalam gang, karena hampir di setiap rumah terdapat pot bunga dan sayuran yang bisa dipetik setiap saat. Kondisi 'ideal' sebuah permukiman di kawasan padat penduduk ini tidak terjadi begitu saja.

Lingkungan yang dapat dinikmati sekarang merupakan hasil kerja keras dan komitmen berkelanjutan warga sekitar, khususnya ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang merintis sebuah gerakan cinta lingkungan. "Ya ini semua inisiatif warga, yang sejak tahun 2002 mulai tergerak untuk memilah sampah, sebelum booming bank sampah di Indonesia, kita duluan. Dan diikuti tanaman hidroponik di lingkungan sini dan penghijauan," ujar Ketua Pengurus Bank Sampah Percontohan Rawajati Sylvia Ermita saat ditemui di posko bank sampah yang ada di kompleks KBA Rawajati. 

Dia mengatakan, gerakan yang dicanangkan warga memang bertujuan kepada peduli lingkungan untuk menjadikan area RW 03 Rawajati menjadi kawasan hijau yang dipenuhi pepohonan dengan memanfaatkan setiap jengkal tanah. Dua tahun setelah gerakan peduli lingkungan digaungkan, kata Sylvia, kemudian muncul ide memilah sampah di lingkungannya agar tidak menumpuk di tong sampah. Diinisiasi juga oleh ibu-ibu PKK, mulailah dipikirkan lokasi pembuangan sampah anorganik. 

Hal itu lantaran selama ini, mereka hanya fokus mengumpulkan sampah organik saja yang diletakkan di komposter masing-masing rumah warga. Hasil pengolahan sampah di komposter itu digunakan untuk pupuk alami tanaman yang ada di sepanjang wilayah Rawajati, tak hanya RW 03. Adapun bapak-bapak bertugas membuat hidroponik serta pemeliharaan tanaman.

"Terus tahun 2004 kita punya pemikiran mau dikemanakan sampah unorganiknya ini? Kita belum punya pikiran membuat bank sampah, dan setelah dipilah, yang unorganik sebelumnya hanya dijual ke pemulung," ujar Sylvia.

Dia mengatakan, pihaknya semakin semangat mengelola sampah setelah Suku Dinas (Sudin) Pekerjaan Umum Jaksel membantu pembuatan hanggar sebagai tempat penampungan sampah unorganik pada 2007. Selama ini, pengelola hanya memiliki delapan bank penampung sampah yang digunakan untuk mendukung program Tasake alias Tabungan Sampah Kering. 

Sylvia mengatakan, ibu-ibu PKK yang rutin berkumpul mengadakan pertemuan itu, akhirnya mendapatkan ide untuk membuat bank sampah pada 2008. Hal itu didasari pada masifnya pemberitaan pendirian bank sampah pertama di Yogyakarta pada medio 2007. Menurut Sylvia, apa yang dikerjakan di bank sampah Yogyakarta itu sebenarnya sudah biasa dilakukan warga RW 03 Rawajati.

Sebagai respon nyata, sambung dia, dibentuklah susunan pengurus yang khusus bertanggung jawab mengelola bank sampah, termasuk green house yang di dalamnya ada berbagai tanaman dan sayuran bermanfaat. Setelah terpilih pengurus Bank Sampah Percontohan Rawajati yang diketuai Sylvia, lingkungannya tiba-tiba mendapat perhatian besar dari pemerintah daerah (pemda) dan dinas terkait. Hal itu lantaran keberadaan Bank Sampah Percontohan Rawajati menjadi pelopor di Jakarta, yang ditargetkan diikuti wilayah lainnya.

Kemudian bank sampah secara diresmikan camat Pancoran pada 12 Desember 2010, kembali pada 12 Januari 2011 diresmikan oleh Ibu Sri Hartati yang tak lain istri gubernur DKI periode 2007-2012, Fauzi Bowo. "Saat program Tasake (Tabungan Sampah Kering) dulu, total nasabah 211 orang dan yang aktif 97 orang. Setelah dilihat Sudin Kebersihan Jaksel kita kok aktif terus, terus dibantu dibelikan alat dan dijadikan bank sampah percontohan seperti sekarang ini," kata Sylvia.

Pada 2012, ungkap Sylvia, pengurus Bank Sampah Percontohan Rawajati ditargetkan oleh Sudin Kebersihan Jaksel untuk bisa mengumpulkan 1.000 nasabah se-Kelurahan Rawajati agar bisa menyetorkan sampah, khususnya unorganik berupa plastik dan botol. Namun, setelah sosialisasi enam bulan, pihaknya hanya bisa mengumpulkan 300 warga yang aktif menjadi anggota bank sampah. 

Seiring berjalannya waktu, peserta aktif bank sampah terus meningkat. Menurut Sylvia, kini total ada 770-an orang dari 7 RW di Rawajati, yang tercatat rutin menyetorkan sampah unorganik. "Karena ada yang cuek dan tak semua orang peduli dengan sampah. Ya kita tetap jalan saja dengan yang ada, mereka bisa kasih berbagai jenis sampah yang sudah ada daftar harganya," ucap Sylvia.

Dia pun menunjukkan beberapa kriteria barang bekas yang dianggap sampah, ternyata memiliki nilai jual. Di antaranya, gelas air mineral bersih dihargai Rp 50 per botol atau Rp 3.000 per kilogram (kg), kardus dihargai Rp 1.100 per kg, koran Rp 1.200 per kg, alumnium Rp 6.000 per kg, besi Rp 1.500 per kg, dan barang-barang lain yang terdiri 16 item. 

Menurut Sylvia, gara-gara barang bekas yang ternyata bisa dihargai di Bank Sampah Percontohan Rawajati, akhirnya masyarakat tergerak berbondong-bondong tidak asal membuang sampah sembarangan. Dia menuturkan, banyak ibu-ibu yang akhirnya dengan kesadaran sendiri memilah sampah, yang bernilai dibawa ke posko bank sampah untuk ditimbang dan dijadikan tabungan. 

Sylvia sempat membeberkan daftar nama ibu-ibu yang memiliki tabungan, mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, hanya berbekal menyetorkan sampah. Bahkan, Sylvia mengungkapkan, pernah ada seorang ibu yang memiliki tabungan tertinggi sebesar Rp 2,7 juta yang sekarang sudah diambil, lantaran rajin membawa sampah ke posko bank sampah. 

Dia juga menyebut, nama inisial seorang ibu yang sampai punya kebiasan pergi ke pasar, pulangnya membawa sampah plastik untuk dikumpulkan di rumah. Menurut Sylvia, tindakan ibu tersebut menjadi pembicaraan di kalangan ibu-ibu PKK, namun ia malah mengapresiasinya, karena terlibat gerakan peduli lingkungan sekaligus menambah jumlah tabungan yang dimiliki. "Tabungan ini bisa diambil kapan pun mereka membutuhkan dengan datang ke kita, atau kita bisa transfer," ujar Sylvia.

Dia menuturkan, lambat laun dampak masyarakat tergerak menjadi anggota bank sampah membuat lingkungan Kelurahan Rawajati menjadi lebih bersih karena tak ada lagi sampah berceceran di lingkungan tempat tinggal warga. Hal itu lantaran kini seolah terbentuk budaya kesadaran di masyarakat untuk tidak asal membuang sampah sembarangan, dan malah bisa mengidentifikasi sampah yang berharga.

Dia pun sempat menunjuk satu kantong plastik berisi bungkus kopi sachet yang diberikan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar PAUD Bunga Jati, yang berlokasi di depan posko bank sampah. Menurut Sylvia, bahkan para pedagang ikut memikirkan lingkungan sekitarnya, dengan menyetorkan bungkus sachet minumen yang dijual kepada Bank Sampah Percontohan Rawajati.

Mereka secara sadar tergerak tak ingin ikut mengotori lingkungannya. Selain itu, kata Sylvia, para pedagang juga merasa terbantu tidak perlu repot-repot membuang sampah sisa jualan mereka, karena dapat ditampung di posko bank sampah. "Warga senang bisa menabung dari sampah. Sumbangan juga dari warung-warung sekitar sini yang menyerahkan ke kita. Dia seneng, karena tadinya bingung membuangnya atau buang sembarangan, sekarang bungkus sachet dikasihkan ke sini," kata Sylvia.

Sylvia melanjutkan, untuk sampah unorganik saat ini lebih banyak disetorkan ke Bank Sampah Induk Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jaksel yang siap menampung kiriman dari berbagai bank sampah di Jakarta. Keputusan itu diambil lantaran tidak setiap waktu kiriman sampah dari masyarakat ke Bank Sampah Percontohan Rawajati mencukupi. Dia mengaku, posko tempatnya beraktivitas sehari-hari tak lagi ada tumpukan sampah, dan hanya dijadikan tempat pengumpulan sampah organik yang diubah menjadi pupuk kompos. "Jadi sekarang sampahnya diambil ke bank sampah pusat," kata Sylvia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement