REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Prasetyo Soenaryo berpendapat menyakralkan Pemilu Presiden RI berpotensi memicu perpecahan di tengah masyarakat yang majemuk. Prasetyo di Jakarta, Jumat (28/12), mengatakan bahwa Pilpres RI yang disakralkan sebagai persoalan hidup dan mati akan mengarah pada polarisasi dan perpecahan di tengah masyarakat hanya karena berbeda dukungan.
Ia berharap. masyarakat secara dewasa menyikapi perbedaan yang ada. Beda itu agar hanya terjadi di ruang pemilihan area kotak suara saja saat pemungutan suara berlangsung.
Sementara itu, dalam kehidupan sehari-hari, kata dia, pergaulan agar biasa saja tidak perlu bermusuhan hanya karena beda pilihan saat pilpres. "Pilpres sebagai sesuatu yang biasa, rutinitas setiap lima tahun sehingga tidak menimbulkan polarisasi. Jadi, silakan saja mau dukung si A atau si B," katanya.
Terkait dengan pemilu anggota legislatif, Prasetyo berharap masyarakat jeli dalam menelisik program yang ditawarkan para calon. Jangan terjebak pada pribadi calon tetapi program yang diusung tidak jelas.
"Jadi, program apa yang ditawarkannya calon tersebut dan bukan siapa dia dan apa latar-belakangnya karena itu sudah bagian seleksi partai politik yang mengusungnya," katanya.