REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan menggagas kurikulum mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Hal itu sebagai bentuk upaya peningkatan kapasitas dan mengurangi dampak dari bencana.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu Ansyar Sutiadi, mengemukakan dari aspek pendidikan, Pemerintah Kota Palu sedang merancang kurikulum mitigasi bencana.
"Dari aspek pendidikan, upaya yang dapat dibangun yakni mendesain/kebijakan tentang kurikulum mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Supaya pendidikan, siswa dan siswi mulai dari tingkat dasar dan menengah pertama punya kesiapan," ucap Ansyar Sutiadi di Palu, Jumat (28/12).
Pernyataan itu disampaikan Ansyar Sutiadi pada dialog bertajuk bincang santai kabar Sulteng bangkit, yang dilaksanakan oleh AJI Palu dan Internews. Kurikulum mitigasi bencana penting diadakan di sekolah untuk meminimalisasi dampak bencana, memberikan pemahaman tentang penyelamatan diri dan kebencanaan, serta untuk membangun kesiapsiagaan saat bencana melanda.
"Sehingga kita benar-benar siap ketika bencana melanda," kata Ansyar Sutiadi.
Gagasan rancangan kurikulum mitigasi bencana, sebut dia, dimungkinkan akan ditindaklanjuti dengan kebijakan/penerapan yang menyentuh aspek struktural dan non-struktural. Ia menjelaskan aspek struktural mengenai tahap rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan gedung, harus dipastikan aman dari bencana atau tahan bencana.
Non-struktural, kata dia, perlu dibahas lebih lanjut apakah menjadi mitigasi bencana itu sendiri menjadi kurikulum, ataukah nanti menjadi satu mata pelajaran khusus yang diajarkan kepada peserta didik. Menurut dia, kebijakan itu perlu diawali dengan pendataan atau identifikasi kearifan lokal yang dapat menjadi bahan ajar.
Dia menguraikan bahwa, Kota Palu berada di atas sesar aktiv, karena itu rawan terhadap bencana utamanya gempa, tsunami dan likuifaksi.