Sabtu 29 Dec 2018 01:07 WIB

Kak Seto: Pemulihan Trauma Pascatsunami Berjalan Baik

Upaya dari pemerintah juga cukup bagus

Kak Seto
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kak Seto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Pemerhati anak Seto Mulyadi yang biasa disapa Kak Seto optimistis pemulihan trauma anak-anak korban tsunami Selat Sunda bisa tertangani dengan baik.

"Sangat baik situasinya. Upaya dari pemerintah juga cukup bagus, kami bekerja sama dengan Tim Pendampingan Layanan Psikososial, dari relawan Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya optimis anak-anak bisa cepat tertangani dengan baik," kata Seto saat dihubungi di Jakarta, Jumat (28/12).

Menurut Seto yang melakukan kunjungan ke lokasi pengungsi korban tsunami Selat Sunda di Provinsi Banten, beberapa hari lalu, sebagian besar anak-anak sudah terlihat sangat positif dilihat dari kegembiraan dan kreativitas saat program pemulihan trauma. Kendati masih ada sebagian anak yang belum bisa melupakan kejadian yang dialaminya.

Seto dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) bekerja sama dengan Kemensos menempatkan relawan di beberapa pos pengungsian yang memberikan layanan psikososial. Dia berpendapat saat ini kondisi di pengungsian sudah cukup baik dan hanya tinggal meningkatkan kewaspadaan bilamana terjadi bencana susulan.

Menurut Seto pemulihan trauma pada anak di lokasi bencana sangat penting dan harus segera dilakukan untuk mengembalikan dunia anak yang penuh kegembiraan dan permainan.

"Anak tercerabut dari akarnya, yang tadinya bermain dengan gembira bersama teman-teman, bermain bersama orang tua, kemudian tiba-tiba tidak bisa bermain. Mungkin juga luka-luka dan sekarang ada di pengungsian yang jauh dari keadaan sebelumnya. Intinya adalah mengembalikan dunia mereka yang indah, yang bermain ceria sehingga mereka tetap optimisme, memiliki keberanian menghadapi masa depan," kata Seto.

Dia mementingkan kemampuan adaptasi seorang anak dalam menghadapi sesuatu yang baru dari yang sebelumnya.

"Kita  harus memiliki kemampuan adaptasi dan siap adanya perubahan. Seperti tiba-tiba tidak punya rumah, seperti yang di Palu misalnya itu rumah bisa bergeser, tanah jadi kacau semua karena adanya likuifaksi, itu kan harus siap adaptasi nah itu yang harus diberikan pada anak-anak kita. Jadi tidak hanya meratap, menangis, mengeluh tapi siap bangkit kembali bergandengan tangan bersama-bersama," kata Seto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement