Jumat 28 Dec 2018 09:35 WIB

Ancaman dari Gunung Anak Krakatau

Masyarakat dilarang mendekati Anak Krakatau

Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7).
Foto: Antara/ElShinta
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah/ Muhammad Ikhwanuddin/ Rizky Suryarandika/ Mabruroh/ Mursalin Yasland

PANDEGLANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menaikkan status Gunung Anak Krakatau menjadi level III (siaga) pada Kamis (27/12). Kenaikan level status Gunung Anak Krakatau tersebut disebabkan intensitas letusan yang makin tinggi.

"Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda hingga Kamis pagi ini (27/12), Pusat Vulkanologi dan Mi tigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) terhitung pukul 06.00 WIB," ujar Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo dalam konferensi pers di gedung Kementerian ESDM, Kamis (27/12).

Purbo menyampaikan, peningkatan status ini didasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga 27 Desember 2018 pukul 05.00 WIB. Sehubungan dengan tingkat aktivitas level III tersebut, masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius lima kilometer (km) dari kawah.

Sebelumnya, pada tanggal 26 Desember dilaporkan terjadi hujan abu vulkanik di beberapa wilayah Banten seperti Cilegon, Anyer, dan Serang. Terkait fenomena ini, masyarakat diminta untuk mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah.

Terkait potensi bencana erupsi Gunung Anak Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih dua kilometer merupakan kawasan rawan bencana. Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar, aliran lava dari pusat erupsi, dan awan panas yang mengarah ke selatan. Sementara itu, sebaran abu vulkanik bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda merupakan gunung api strato tipe A yang muncul pascaerupsi Gunung Krakatau pada 1883. Aktivitas erupsi selepas pembentukan dimulai sejak 1927, saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut.

Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak 1929. Sejak saat itu hingga kini Anak Krakatau berada dalam fase membangun tubuhnya hingga membesar.
Pada 22 Desember lalu, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Sabtu (24/12) malam pukul 21.03 WIB letusan kembali terjadi. Berdasarkan citra satelit yang diterima oleh PVMBG, sebagian besar dari tubuh Gunung Anak Krakatau telah hilang dilongsorkan dan menyebabkan tsunami di beberapa wilayah Provinsi Lampung dan Banten.

Badan Geologi menyatakan masih ada kemungkinan tubuh Anak Krakatau kembali longsor. "Apakah akan terjadi lagi? Kami belum bisa menjawab tidak dan akan, tapi tetap waspada terus bahwa longsoran terjadi. Pasti ada lagi dan kemungkinan ada lagi," ujar Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar di Pos Pantau Anak Krakatau, Pandeglang, Kamis (27/12).

 
photo
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.
 
Hujan dan awan yang menutupi sekitar Anak Krakatau pun mengganggu pemantauan visual. Selain itu, peningkatan aktivitas gunung juga tidak memungkinkan petugas untuk melakukan pemantauan udara.

Menurut Rudy, segala kegiatan dan evakuasi di wilayah terdampak tsu nami belum dapat dikatakan aman. Hal itu disebabkan kondisi Anak Krakatau yang selalu berubah- ubah. Untuk meningkatkan pencatatan oleh pemantau aktivitas gunung, Badan Geologi berencana menambah seismograf di Pulau Panjang, tak jauh dari lokasi Anak Krakatau.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga merilis imbauan agar warga di sekitar pantai Selat Sunda menjauh pada Kamis (27/12). "Maka peringatan kewas padaan potensi tsunami di wilayah pantai Selat Sunda dalam radius 500 meter hingga satu kilometer masih tetap berlaku," kata Kepala Pusat Gem pa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, kemarin.

Sejauh ini, warga di wilayah pesisir yang terdampak tsunami masih mengungsi. Di antaranya adalah warga Desa Pagedongan, Pandeglang, Banten, yang memilih mengungsi di Masjid Jami al-Khusaeni.

Salah seorang warga setempat, Erika, memutuskan untuk mengungsi di masjid karena yakin tidak akan terkena ombak jika terjadi tsunami susulan. Selain itu, lokasi masjid yang berdekatan dengan rumahnya juga memudahkan untuk sewaktu-waktu pulang dan merapikan rumahnya yang berantak an setelah diterjang gelombang.

Erika turut serta membawa sanak keluarganya ke masjid. Keterbatasan ruang masjid membuat ia dan keluarganya harus tidur beralaskan tikar. Sementara itu, pengurus DKM Masjid al-Khusaeni, Amran, menyampaikan, tempat tersebut kini menampung sekitar 500 orang yang berasal dari lima RT di sekitar masjid.

"Alhamdulillah masjid ini enggak kena ombak sama sekali, padahal di luar pagarnya itu ombak sempat lewat," ungkapnya.

Terkait dengan meningkatnya status Gunung Anak Krakatau, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengimbau warga yang berdomisili dekat pantai maupun wisatawan men jauh sementara untuk menghindari bencana.

 
DAMPAK BENCANA TSUNAMI

430 ORANG MENINGGAL

1.485 ORANG LUKA-LUKA

154 ORANG HILANG

21.991 ORANG MENGUNGSI

KERUSAKAN MATERIAL

924 UNIT RUMAH RUSAK

73 UNIT PENGINAPAN RUSAK

434 UNIT KAPAL DAN PERAHU RUSAK

Sumber: BNPB hingga Kamis (27/12)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement