Kamis 27 Dec 2018 23:35 WIB

Kabupaten Bogor Rawan Jadi Tempat Produksi Narkotika

Ini karena faktor lokasi yang memiliki suhu dingin dan sekaligus dekat Jakarta.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Endro Yuwanto
Barang bukti narkoba, ilustrasi
Barang bukti narkoba, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bogor menyatakan, Kabupaten Bogor menjadi salah satu lokasi paling strategis yang sering dimanfaatkan jaringan pengedar narkotika sebagai tempat produksi. Hal itu didasari faktor lokasi yang memiliki suhu dingin dan sekaligus dekat dengan DKI Jakarta.

"Bogor ini kan sangat strategis karena akses dari dan ke Jakarta sangat mudah,” kata Kepala BNNK Bogor Budhi Setia Nugraha kepada Republika.co.id, Kamis (27/12).

Menurut Budhi, dalam empat tahun ke belakang telah terdapat tiga lokasi produksi narkotika maupun tanaman bahan baku narkoba di Kabupaten Bogor. Salah satu temuan yang berhasil diungkap BNNK adalah penemuan ladang ganja di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Puncak, sebulan lalu.

Sebelumnya pada 2014, pengungkapan tempat produksi narkotika berjenis ekstasi ditemukan di kawasan Cibinong, Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Para produsen narkotika, kata Budhi, merupakan jaringan pengedar narkotika yang memasok barang haram tersebut ke wilayah Cianjur, Sukabumi, dan Jabodetabek.

Budhi menyebut, saat ini Kabupaten Bogor merupakan wilayah tertinggi kedua dalam peredaran narkotika setelah Kota Bandung. “Pecandu narkotika di Bogor juga sudah sangat banyak, yakni 200 ribuan orang pecandu,” kata dia.

Untuk memutus mata rantai peredaran narkotika di wilayahnya, BNNK Bogor menggunakan dua metode yakni memutus pasokan (supply reduction) dan memutus penggunaan (demand reduction). Budhi menyatakan, dalam setahun belakangan ini BNNK Bogor telah berhasil mengungkap delapan kasus narkotika dengan total 10 orang tersangka dengan sejumlah temuan 526,01 gram sabu dan 646,9 gram ganja kering sebagai upaya memutus pasokan.

BNNK Bogor melakukan upaya preventif seperti sosialisasi bahaya narkotika, advokasi, pelatihan, serta serangkaian tes urin. Pihaknya, lanjut Budhi, melakukan penangkapan secara jaringan sehingga tidak melakukan penangkapan skala edaran kecil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement