Kamis 27 Dec 2018 18:38 WIB

Kronologi Santri yang Hilang dan Meninggal di Gunung Slamet

Jenazah korban telah berhasil dievakuasi dari Gunung Slamet.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Teguh Firmansyah
Gunung Slamet.
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Gunung Slamet.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANYUMAS -- Tim SAR Gabungan dari Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, mengevakuasi pendaki Gunung Slamet yang meninggal setelah mengalami kecelakaan. Jenazah yang dievakuasi sudah dalam kondisi tinggal kerangka.

"Korban pendaki yang meninggal bernama Ahmad Sulaiman bin Sarna (19), santri dari pondok pesantren Attolibiyah yang ada di Desa Muncanglarang Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Sedangkan orang tua korban tinggal di Desa Langgen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal," jelas Koordinator Tagana Banyumas, Ady Candra, Kamis (27/12).

Proses evakuasi dilakukan sejak Selasa (26/12) siang, dengan melibatkan tim SAR gabungan dari Purbalingga dan juga Banyumas. Tim SAR Purbalingga berangkat melalui jalur pendakian Dusun Bambangan Desa Kutabawa Kecammatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, sedangkan Tim SAR gabungan dari Banyumas berangkat melalui jalur Baturraden Kabupaten Banyumas.

''Mengingat kondisi yang lebih dekat dengan lokasi ditemukan jenazah, proses evakuasi dilakukan melalui jalur pendakian Baturraden. Jenazah berhasil dievakuasi dan tiba di Baturraden Rabu (26/12) malam,'' jelasnya.

Ady Candra menyebutkan, proses pencarian dan evakuasi korban dilakukan setelah pihak kepolisian Polsek Karangreja Kabupaten Purbalingga menerima laporan dari Polres Tegal tentang adanya santri yang sudah beberapa bulan hilang saat pendakian di Gunung Slamet.

Pesantren curiga

Menurut keterangan pihak Polres Tegal, adanya pendaki yang hilang di Gunung Slamet diperoleh dari rekan korban bernama Muhammad Imam As'ari, Muhammad Jefri Trimulyana dan Ahmad Fadil Izulhaq.

Ketiganya mengaku melakukan pendakian pada 21 November 2018 silam melalui jalur pendakian Dusun Bambangan. "Namun saat melakukan pendakian, ketiganya tidak melapor petugas Pos Pendakian di Bambangan," jelasnya.

Ketiganya juga baru mengaku rekannya hilang saat pendakian, setelah pihak pengelola pesantren menanyakan keberadaan korban. ''Pihak pesantren merasa curiga dengan keberadaan korban karena sudah lebih dari sebulan korban tidak ada kabarnya. Pihaknya pesantren awalnya mengira korban pulang ke rumahnya. Namun saat orang tuanya ditemui, mereka justru mengira korban berada di pesantren,'' katanya.

Ketiga rekan korban yang mengetahui orang tua korban bingung dengan kondisi anaknya, akhirnya mengakui bahwa mereka sebelumnya telah bersama-sama melakukan pendakian ke Gunung Slamet. Dalam pendakian tersebut, mereka mengaku tersesat di sekitar pos 7.  ''Karena hari sudah malam, mereka berempat memutuskan bermalam di lokasi itu,'' kata Ady.

Namun saat mereka bangun keesokan harinya, meteka tidak mendapatkan Ahmad Sulaiman di sekitar mereka. Ketiganya, juga mengaku sempat mencari korban di sekitar lokasi tersebut. Namun karena tidak juga ditemukan, akhirnya mereka turun. ''Sayangnya, saat mereka mencapai lokasi pemukiman, mereka tidak melaporkan kejadian itu. Bahkan sampai sebulan kemudian, mereka tetap tidak melapor,'' jelasnya.

Setelah dilakukan pencarian dengan melibatkan puluhan petugas SAR Gabungan, akhirnya korban ditemukan di Anakan Sungai Pelus, Rabu (26/12) siang. Saat ditemukan, kondisi korban hanya tinggal kerangka saja. ''Namun jenazah dipastikan merupakan korban yang hilang, karena mengenakan baju yang sama,'' jelasnya.

Setelah jenasah ditemukan, Tim SAR Gabungan memutuskan melakukan evakuasi korban melalui jalur Baturraden, karena proses evakuasi lebih cepat melalui jalur itu. ''Begitu sampai di lokasi penjemputan, korban langsung dibawa ke RSUD Margono Soekardjo Purwokerto untuk dilakukan pemeriksaan,'' katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement