Kamis 27 Dec 2018 12:53 WIB

Menjembatani Muslim Uighur dan Pemerintah Cina

MUI yakin ada tindakan represif atas Muslim Uighur oleh Pemerintah Cina.

Anak muslim Uighur
Foto:
Sejumlah anggota Masyarakat Pembela Tauhid menggelar aksi solidaritas terhadap Muslim Uighur saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (23/12).

Di hadapan para kiai, Gu Jingqi menjelaskan tentang perkembangan Islam di Cina, termasuk kebijakan pemerintahan di sana soal agama. Konstitusi di Cina, kata Gu Jingqi, membebaskan warganya menganut suatu agama atau bahkan tidak beragama.

"Di Cina seluruhnya ada 56 suku bangsa, ada sepuluh di antaranya suku bangsa yang beragama Islam. Jumlah seluruh umat Islam di Cina sekarang 23 juta orang," ujarnya.

Gu Jingqi mengatakan, di Xinjiang, warganya justru mayoritas Muslim. Terdapat lebih dari 224 ribu masjid berdiri di Xinjiang, atau 70 persen dari seluruh masjid yang berdiri di Cina. Jumlah ulama di Xinjiang juga banyak, yakni sekitar 29 ribu orang.

Mengulangi keterangan yang disampaikan pihak Kedubes RRC untuk Indonesia ataupun Kementerian Luar Negeri, menurut Gu, tak ada pembatasan beribadah di Xinjiang. Hal yang dilakukan RRC adalah upaya stabilisasi dan pemberantasan ekstremisme di Xinjiang.

Seusai bertemu Konjen RRC Jatim, Ketua NU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan bahwa isu yang menyeruak tentang Muslim Uighur di Cina perlu dicermati dengan baik, bukan secara reaksioner. "Islam di sana bahkan melebihi di Saudi. Makanya, kita harus hati-hati betul," kata dia.

Mencermati pelbagai kabar dan pemberitaan media terkait situasi dan kondisi yang menimpa Muslim Uighur di Xinjiang, KH Marzuki mendesak Pemerintah RRC untuk segera menyelesaikan akar persoalan di Xinjiang yang sudah menjadi isu internasional. Jika fakta yang terjadi adalah pelanggaran HAM yang disebabkan oleh motif diskriminasi terhadap ras tertentu, PWNU Jatim sangat menyesalkan kejadian tersebut.

KH Marzuki juga mendorong Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah diplomatis dan ikut andil dalam upaya menciptakan perdamaian di Xinjiang. "Upaya ini penting dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab internasional, yakni turut berperan dalam usaha menciptakan perdamaian dan keamanan dunia," ujarnya.

Selain itu, PWNU Jawa Timur juga meminta kepada Pemerintah RRC agar isu terorisme dan separatisme di Uighur diselesaikan secara damai dengan cara dialog tanpa menggunakan kekerasan. Dia menekankan, NU siap menjadi mediator atau juru damai jika diminta, salah satunya melalui pendekatan Islam moderat.

(dadang kurnia, ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement