Rabu 26 Dec 2018 20:15 WIB

Boyolali Pasang Lima CCTV Antisipasi Erupsi Merapi

Gunung Merapi sejak akhir November 2018 sudah mengeluarkan lava pijar

Suasana Gunung Merapi yang terlihat dari obyek wisata Kali Talang, Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (19/12/2018).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Suasana Gunung Merapi yang terlihat dari obyek wisata Kali Talang, Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (19/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali bersama Provinsi Jateng memasang lima unit Closed Circuit Television (CCTV) di pemukiman penduduk kawasan rawan bencana (KRB). Pemasangan CCTV ini untuk antisipasi bencana erupsi Gunung Merapi.

Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, mengatakan, lima unit CCTV tersebut dipasang di daerah pemukiman penduduk, masuk kawasan rawan bencana (KRB), seperti di Desa Tlogolele Kecamatan Selo, Boyolali.

"Desa Tlogolele permukiman penduduk yang paling dekat dengan puncak Merapi, atau masuk KRB III. Alat CCTV itu, untuk mengetahui lebih cepat jika terjadi erupsi Merapi yang datang secara tiba-tiba," kata Bambang di Boyolali, Rabu (26/12).

Menurut Bambang Sinungharjo, Gunung Merapi sejak akhir November 2018 sudah mengeluarkan lava pijar, meski gugurannya tidak mengarah ke Desa Tlogolele atau wilayah Boyolali lainnya. Namun, warga di KRB harus tetap meningkatkan kewaspadaan.

Bambang mengatakan guguran lava pijar Merapi selama ini, memang mengarah ke hulu Kali Gendol ke wilayah Sleman Yogyakarta.

Kendati demikian, katanya, pihaknya memasang alat CCTV sebanyak lima unit di Desa Tlogolele Selo tersebut, sejak Kamis (20/12) hingga sekarang. Dipilihnya Tlogolele, karena masuk KRB III yang memiliki jarak radius sekitar tiga kilometer dari puncak.

"Dengan alat CCTV ini kami dapat mengakses secara langsung melalui smartphone," katanya.

Dia mengatakan lima titik yang dipasang CCTV, dapat memantau kondisi dan situasi di wilayah yang perlu pengawasan secara intens, seperti di jalur evakuasi, di Dukuh Stabelan Tlogolele yang menjadi pemukiman yang paling dekat dengan puncak Merapi.

"Alat itu, sebagai deteksi dini kalau terjadi apa-apa, termasuk kemungkinan luncuran awan panas dan sebagainya, sehingga langkah penanganan dapat efektif," katanya.

Menurut dia, kondisi Merapi hingga sekarang statusnya Waspada. Pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama di wilayah KRB II, untuk tetap mengikuti perkembangan rekomendasi yang dikeluarkan, dari instans terkait.

Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat tetap tenang dan jangan termakan isu atau berita tidak benar, serta tetap menjaga kewaspadaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement