Rabu 26 Dec 2018 17:23 WIB

BNPB Bantah Kenaikan Status Gunung Anak Krakatau

BNPB menegaskan status Gunung Anak Krakatau masih waspada.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nur Aini
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.
Foto: AP
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan status Gunung Anak Krakatau masih level II atau waspada hingga Rabu (26/12) meski terus mengalami erupsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengakui, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih terus erupsi tetapi statusnya masih sama.

"Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status waspada atau level II. Jadi tidak benar di media sosial yang mengatakan bahwa status Gunung Anak Krakatau menjadi level III atau siaga," katanya saat ditemui di konferensi pers update H+4 Tsunami Banten, di Jakarta, Rabu (26/12).

Dengan penetapan status waspada atau level II, ia menambahkan, radius yang berbahaya yaitu 2 kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau. Ia menyebut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menetapkan rekomendasi bahwa 500 meter sampai dengan 1 kilometer dari garis pantai di daerah gunung tersebut tidak boleh ada aktivitas masyarakat. Hal itu karena gunung ini sempat tremor terus menerus yang kemudian lereng gunung runtuh dan terjadi longsor kemudian tsunami menerjang daerah tersebut.

"Itu untuk mengantisipasi tsunami susulan. Itu rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG dan BMKG," ujarnya. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat terdampak tetap mengacu peringatan yang disampaikan oleh institusi yang berwenang.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkonfirmasi berdasarkan citra satelit Jepang terungkap bahwa bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda pekan lalu akibat reruntuhan lereng Gunung Anak Krakatau yang kemudian longsor di bawah laut dan memicu bencana yang mematikan itu. 

Sutopo mengatakan, pihaknya mendapat foto citra satelit dari Jepang yang menunjukkan bagaimana kondisi Gunung Anak Krakatau sebelum dan sesudah tsunami. "Citra sebelum tsunami yaitu pada 20 Agustus 2018, kemudian citra satelit melewati di Selat Sunda memotret gunung per 24 Desember 2018 dan memang betul sebagian lereng runtuh dan ini yang memicu tsunami," katanya.

Baca: BNPB: Tsunami Selat Sunda tidak Sampai Ancol

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement