Rabu 26 Dec 2018 16:40 WIB

'Peringatan Deteksi Tsunami Krakatau Ranah Badan Geologi'

Kewenangan BMKG untuk deteksi tsunami terkait tektonik.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.
Foto: AP
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Ahad (23/12). Krakatau tampak mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut lembaganya tengah berkoordinasi terkait sistem peringatan dini tsunami di Gunung Anak Krakatau. Kendati demikian, alat deteksi dini tsunami yang disebabkan faktor vulkanis merupakan tugas dan ranah Badan Geologi.

"Kami di bawah koordinasi di bawah Kemenko Maritim. Kami juga bekerja sama dengan Badan Geologi bahkan klausulnya sudah dipikirkan," kata Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (26/12).

Kendati demikian, ia menolak menjelaskan lebih detil terkait hal ini. Karena tsunami terjadi akibat longsoran karena erupsi Gunung Anak Krakatau. Karena itu, ia mengklaim ini merupakan ranah Badan Geologi.

"Jadi sebetulnya yang bisa menjawab secara komprehensif adalah teman-teman Badan Geologi karena kewenangannya di sana dan kapasitas kompetensi menjawab di Badan Geologi. Sedangkan BMKG terkait tektonik," ujarnya.

Sebelumnya, Pada Sabtu (22/12) malam lalu terjadi tsunami yang disebabkan longsoran akibat tremor terus menerus gunung Anak Krakatau. Tsunami yang terpantau setinggi 2,5 meter tersebut menerjang Banten dan Lampung hingga menimbulkan 429 jiwa meninggal dunia, 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi.

Karena masih terus erupsi, Badan Geologi merekomendasikan agar tidak ada aktivitas dengan jarak dua kilometer dari kawah gunung, sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat untuk sementara menjauhi wilayah pantai. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement