Rabu 26 Dec 2018 15:52 WIB

Kisah Santri tak Tersentuh Tsunami

Suasana di wilayah terdampak tsunami masih mencekam.

Warga sedang merapikan puing sisa tsunami di Desa Bulakan, Serang, Banten. Rabu (26/12).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana dampak kerusakan pasca bencana Tsunami di Kawasan Tanjung Lesung, Banten, Selasa (25/12).

Masih mencekam

Sampai kemarin, suasana di wilayah terdampak tsunami masih mencekam. Puing-puing berserakan di mana-mana. Suara gemuruh Anak Gunung Krakatau terdengar begitu keras. Hujan pun turun dengan deras.

Kemarin, Republika meninjau salah satu lokasi wisata Beach Clup Sport Center, di Tanjung Lesung, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Lokasi Beach Club Sport Center tepat bersebelahan dengan Tanjung Lesung Resort, tempat grup band Seventeen mengisi acara untuk kegiatan PLN.

Beach Club Sport Center merupakan salah satu lokasi wisata yang terkena dampak cukup parah akibat tsunami. Berjarak sekitar 30 mil atau 45 kilometer arah Selatan dari Anak Gunung Krakatau yang erupsi, lokasi wisata itu diempas oleh gulungan ombak.

Yanto (54 tahun), seorang pekerja Beach Club Sport Center, sempat tak mengizinkan Republika untuk masuk ke lokasi saat tiba sekitar pukul 15.00 WIB. Kata dia, kondisi belum aman. Namun, setelah bernegosiasi, Yanto memberikan waktu beberapa menit untuk melihat kondisi di dalam.

Yanto sudah bekerja di Pantai Tanjung Lesung sejak 1992. Oleh karena itu, bisa dibilang merupa kan juru kunci Pantai Tanjung Lesung.

Peringatan dari Yanto benar adanya. Suasanya masih mencekam di lokasi itu. Awan gelap menyelimuti bagian utara dari lokasi tersebut, tempat di mana Anak Gunung Krakatau berada. Terdengar bunyi gemuruh dari kejauhan.

Yanto menegaskan, itu bukan bunyi geluduk yang biasa terdengar sebelum hujan turun, melainkan bunyi dari letupan anak Gunung Krakatau. Ombak pun terdengar ganas menghan tam karang. "Bunyi gemuruh itu bukan geluduk biasa. Itu dari Gunung Krakatau," kata Yanto.

Di lokasi itu, pepohonan yang tumbang belum sempat dirapikan. Mobil-mobil berserak tak beraturan dan beradu banteng satu sama lain. Bahkan, dinding bangunan utama terlihat hancur oleh benturan kapal jetski, menyisakan lubang yang menganga.

photo
Suasana dampak kerusakan pasca bencana Tsunami di Kawasan Sumur, Pandeglang, Banten, Selasa (25/12).

Republika harus betul-betul memperhatikan setiap langkah kaki agar mendapat pijakan yang benar, meskipun sesekali tetap tersandung. Sebab, puing-puing dan perabotan berserak hampir di seluruh permukaan. Setelah kembali ke pos penja gaan, Yanto mulai menceritakan apa yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam.

Dia mengatakan, saat Anak Gunung Krakatau menyemburkan magma, orang-orang justru senang melihat fenomena alam itu tanpa mencurigai apa yang akan terjadi setelahnya. "Orangorang malah seneng, bagus katanya," ujar dia.

Entah firasat atau apa, kata dia, sebelum bencana itu terjadi, ia memilih kembali ke rumah pukul 20.00 WIB untuk member sihkan diri. Jarak dari hotel ke rumahnya hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Setelah membersihkan diri, ia menyempatkan diri untuk me nik mati kopi. "Baru seseruput dua seruput, tiba-tiba orang pada teriak ada tsunami," kata dia.

Ia pun bergegas menyela matkan keluarganya ke bukit. Setelah itu, dia langsung turun ke lokasi tempatnya bekerja. "Saat saya datang, air masih setinggi paha," ujar dia. Ketika itu juga, ia langsung membantu untuk membantu proses evakuasi. ¦ afrizal rosikhul ilmi ed: satria kartika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement