Rabu 26 Dec 2018 15:52 WIB

Kisah Santri tak Tersentuh Tsunami

Suasana di wilayah terdampak tsunami masih mencekam.

Warga sedang merapikan puing sisa tsunami di Desa Bulakan, Serang, Banten. Rabu (26/12).
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Warga sedang merapikan puing sisa tsunami di Desa Bulakan, Serang, Banten. Rabu (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Inas Widyanuratikah

Tsunami yang menerjang pesisir Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam, menyimpan banyak cerita. Salah satunya mengenai kisah para santri penghafal Alquran dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang, Banten, yang berhasil selamat dari bencana tsunami.

Sebanyak 55 santri menyaksikan kedahsyatan air yang meluluhlantakkan hotel dan rumah warga di sekitar pantai. Ustazah Ai Nur'aeni, pembimbing program International Education Program NFBS, menceritakan, ia dan anak didiknya menyaksikan betapa besarnya kuasa Allah SWT.

Hotel Umbul Tanjung, Serang, Banten, yang sedang mereka gunakan untuk menempa bacaan Alquran, tak tersentuh tsunami. Padahal, hotel tersebut juga berada di pinggir pantai dan amat dekat dengan lokasi wisata Pantai Carita. Ai menceritakan, pada saat kejadian, melalui lantai dua vila yang mereka tempati terlihat Gunung Anak Krakatau mengeluarkan api dan laharnya. Walaupun sem pat khawatir, mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa.

Namun, suara gemuruh tiba dan membuat dirinya bertanya-tanya. Saat itu, para santri baru selesai menyetor hafalan Alquran. Tiba-tiba, kata dia, dari arah belakang yang dekat ke pantai, beberapa santri putra ada yang berlari karena ada air masuk.

Tak lama kemudian, Ai mengatakan, air tersebut surut begitu saja dan hanya menghantam pagar pembatas belakang vila. "Tentunya ini atas kehendak Allah SWT. Allah telah menyelamatkan kami," katanya kepada Republika, kemarin.

Setelah kejadian itu, rombongan memutuskan untuk berkumpul di mushala vila. Ia mendapatkan kabar bahwa pengelola pantai menghubungi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk menanyakan apa yang terjadi. Menurut BMKG, kala itu hanya air pasang biasa. Mereka pun merasa sedikit tenang.

"Tapi, ada sedikit khawatir juga dari para pembina. Akhirnya, kita kumpulkan saja semuanya di mushala. Kita instruksikan mereka untuk menggunakan pakaian lengkap, minimal kita siap lari," ujar Ai mengenang.

Pada saat itu, suasana kembali hening. Suara yang terdengar hanyalah para santri yang tengah mengaji dan melanjutkan tilawah yang sempat tertunda karena air yang tiba-tiba masuk. Ai juga mengenang, saat itu para santri begitu tenang. Ada beberapa yang wudhu dan melaksanakan shalat tobat. Semua begitu tenang dan tidak panik.

"Sesuatu yang mengharukan saya, terutama sikap anak-anak ketika terjadi bencana seperti itu. Kan kita instruksikan, kita sekarang evakuasi, silakan bawa barang yang dianggap penting. Dan, mereka langsung yang tercetus itu ya Alquran," kata Ai. Pada saat itu, pengelola hotel mengabarkan bahwa ada masyarakat yang mengungsi.

photo
Salah satu foto yang berada di puing-puing reruntuhan bangunan yang terdampak tsunami di Desa Way Uli, Kalianda, Lampung Selatan, Selasa (25/12).

Pembina pun bermusyawarah perlu atau tidaknya untuk ikut mengungsi. Setelah mereka berdiskusi, dua orang ustaz keluar untuk melihat kondisi sekitar. Kedua ustaz tersebut pun kaget karena lingkungan di sekitar vila telah hancur. Akhirnya, mereka memutuskan untuk ikut mengungsi.

Sebelumnya, ketika di vila mereka telah dihubungi oleh NF di pesantren. Rombongan NF dari pesantren pun telah dalam perjalanan untuk menjemput mereka. Namun, rombongan NF tidak bisa masuk lebih dalam karena jalanan rusak. Hal cukup menakjubkan terjadi. Ketika berada di lokasi pengungsian atau rumah penduduk di daerah Cipanas, tidak jauh dari situ adalah tempat rombongan dari NF yang akan menjemput berada.

Akhirnya, seluruh ustaz, ustazah, dan santri berhasil keluar dari lokasi bencana dan kembali ke pesantren. "Allah menjaga kami, mungkin karena saat itu kami menjaga Kalam-nya," ujar dia. Rombongan ini sudah berada di lokasi selama satu bulan lebih sejak 18 November 2018.

Rencananya, mereka akan dikarantina sampai 18 Januari 2018 sebelum berangkat ke Turki pada 23 Januari 2018. Mereka adalah santri kelas 10 SMA Islam Nurul Fikri Boarding School, Serang, Banten, yang mengikuti program International Education Progarm. "Mereka melakukan hapalan Alquran 30 juz. Mereka adalah santri yang akan ke Turki untuk menghafal Alquran dan pengambilan sanad," kata salah satu guru SMA Islam NFBS, Andriono.

Ia mengatakan, saat ini para santri telah berada di pesantren untuk melanjutkan aktivitas menghafal Alquran. Suasana pesantren saat ini cukup sepi karena santri lainnya tengah menikmati waktu liburan. Setelah melalui masa karantina ini, mereka akan berangkat ke Turki bersama-sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement