REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari F Syam, meminta agar pengungsi tsunami Selat Sunda, khususnya anak-anak dan lansia, diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral. Pemberian suplemen karena keterbatasan gizi lengkap.
"Hal ini karena keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari, sehingga anak-anak dan orang tua perlu mendapatkan suplemen tambahan," ujar Ari di Jakarta, Selasa (25/12).
Dia juga meminta agar para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian. Hal itu juga membuat mereka tenang karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi.
Pengadaan sembako pada lokasi pengungsian dengan jumlah besar harus dikawal oleh Polisi. "Dapur-dapur umum yang tersedia selalu mendapat bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum. Selain itu, usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar," jelas dia lagi.
Ari juga meminta agar kondisi tempat pengungsian di buat senyaman mungkin. Adanya alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi terutama dari angin malam.
"Kebersihan lingkungan pengungsian selalu terjaga dengan tersedianya tempat-tempat sampah di sekitar lokasi pengungsian. Termasuk bangkai binatang harus dikubur untuk menjaga lingkungan pengungsian tetap sehat," tutur dia.
Sarana mandi cuci kakus (MCK) yang memadai dengan persediaan air yang cukup tentu juga tersedianya sabun dan peralatan mandi. Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak.
"Untuk pasien usia lanjut perlu adanya kegiatan seperti alat sulam, melakukan aktifitas pengajian bersama-sama dan lainnya yang membuat para orang usia lanjut ini tetap selalu berpikir," imbuh dia.
Kirim dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengirim tim dokter untuk membantu korban tsunami Selat Sunda yang sedang mendapat perawatan medis. "Tim FKUI melakukan upaya penilaian dan triase dengan menyusuri puskesmas yang ada di sekitar daerah bencana, seperti di Menes, Labuan, Panimbang, dan RS Pandeglang," ujar Ketua Tim 1 RSCM/FKUI untuk tsunami Selat Sunda, dr Yogi SpOT (K), di Jakarta, Selasa.
FKUI juga melakukan upaya pendampingan tata laksana pasien-pasien khususnya politrauma dgn mmelakukan pemeriksaan lingkungan. Dokter Yogi menjelaskan sebagian besar korban tsunami merupakan para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dia menjelaskan jumlah korban yang luka-luka sekitar 800-an orang. Kemudian yang dibawa ke rumah sakit terdekat hanya sekitar 300-an, sedangkan 500-an pasien lagi, mengalami luka-luka yang tidak berat dan ada juga yang menolak tindakan dan minta dirujuk ke Jakarta dan Tangerang
"Pasien-pasien banyak yang minta dirujuk ke Jakarta, karena memang mereka wisatawan yang berasal dari Jakarta," jelas dia.
Sebagian besar korban luka mengalami trauma tumpul dan tajam jaringan lunak ekstremitas, punggung, perut, dada, dan kepala. "Pasien yang mengalami trauma tumpul abdomen sempat mendapat pertolongan operasi," kata Yogi.
Selain itu, banyak juga korban luka yang hidung dan telinganya kemasukan pasir. Menurut Yogi, banyaknya korban yang selamat adalah karenan tsunami yang terjadi tidak terlalu dasyat dan tidak ada gempa bumi yang menyertainya.