REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gelombang tinggi yang diklaim sebagai tsunami pada Sabtu (22/12) di Selat Sunda telah memorakporandakan sebagian pesisir wilayah Banten dan Lampung serta menyebabkan 281 orang meninggal dunia hingga Senin pukul 07.00 WIB. Dalam Jurnal Geologi Indonesia Volume III 4 Desember 2008 berjudul "Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian Terhadap Katalog Tsunami Soloviev" yang ditulis oleh Yudhicara dan K Budiono mencatat, wilayah Selat Sunda telah beberapa kali mengalami tsunami.
Sejak 416 hingga 1958, telah terjadi 11 kali tsunami di Selat Sunda yang disebabkan berbagai faktor, baik pergeseran lempeng maupun aktivitas vulkanis Gunung Api atau yang menjadi cikal bakal Gunung Krakatau. Dalam jurnal tersebut, tsunami yang terjadi akibat erupsi gunung api bawah laut Krakatau terjadi pada 416, 1883, dan 1928. Kemudian, dari faktor gempa bumi terjadi 1722, 1852, dan 1958.
Penyebab lainnya seperti diduga akibat kegagalan lahan berupa longsoran, baik di kawasan pantai maupun dasar laut terjadi 1851, 1883, dan 1889. Sementara, yang terbaru pada Sabtu (22/12), gelombang tinggi yang diklaim sebagai tsunami masih dicari penyebabnya. Dugaan awal, gelombang tinggi tersebut berasal dari longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau.
Sepanjang sejarah letusan, busur gunung api bawah laut Krakatau telah mengalami empat tahap pembangunan dan tiga tahap penghancuran. Kondisi geologi dasar laut Selat Sunda tergolong labil, hal ini disebabkan oleh perkembangan struktur geologi aktif yang membentuk terban. Terban ini berpotensi menimbulkan longsor akibat gempa bumi.
Jejak sejarah letusan hingga menyebabkan tsunami terjadi pada 1883. Letusan Gunung Krakatau itu menarik perhatian dunia karena material yang dikeluarkan menyebabkan tsunami di Sumatra banguan selatan dan Jawa Barat bagian barat.
"Sedikitnya, 36 ribu jiwa meninggal dunia akibat letusan dan gelombang tsunami," tulis jurnal tersebut.
Katalog tsunami yang ditulis oleh Soloviev dan Go (1974) dalam jurnal itu merekam beberapa catatan kejadian tsunami di Selat Sunda.
Pada 416, dalam kitab jawa berjudul Book of Kings cetakan Pustaka Radja mencatat adanya beberapa kali erupsi dari Gunung Kapi yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan serta memisahkan Pulau Sumatra dan Jawa.
2. Oktober 1722, pada pukul 08.00 WIB terjadi gempa bumi kuat di laut yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air mendidih.
3. 24 Agustus 1757, pukul 02.00 WIB, gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama lima menit. Pada 02.05 WIB selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota Jakarta
4. 4 Mei 1851, di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di pantai selatan Pulau Sumatra, teramati gelombang pasang naik 1,5 m di atas air pasang biasanya.
5. 9 Januari 1852, pukul 18.00 WIB, dirasakan gempa bumi yang menyebar dari bagian barat Jawa hingga bagian selatan Sumatra, dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan Serang. Pada 20.00 WIB terjadi fluktuasi air laut yang tidak seperti biasanya.
6. 27 Agustus 1883, pukul 10.02 WIB, terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau yang diikuti oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, empat meter di pantai selatan Sumatra, dua sampai 2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5 sampai satu m di Samudra Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di Indonesia, sebanyak 36 ribu orang meninggal dunia.
7. 10 Oktober 1883, di Cikawung di Pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 m.
8. Februari 1884, lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung api Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda yang diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.
9. Agustus 1889, terjadi kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat.
10. 26 Maret 1928, kejadian erupsi gunung api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunung api.
11. 22 April 1958, pukul 05.40, dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten, dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur.
Catatan terbaru, kejadian berlangsung pada Sabtu (22/12). Pesisir Selat Sunda terkena dampak gelombang besar, yakni di Banten dan Lampung. Belum diketahui penyebab gelombang tersebut, tapi dugaan awal berasal dari longsoran tubuh anak Krakatau yang masuk ke kolom air laut.