Senin 24 Dec 2018 13:05 WIB

Banyak Pengungsi Alami Hipertensi dan Sakit Mag Akut

Umumnya pasien yang mengalami hipertensi dan maag akut adalah lansia.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Para pengungsi korban tsunami tidur di teras pertokoan di Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (24/12).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Para pengungsi korban tsunami tidur di teras pertokoan di Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Mayoritas pengungsi korban tsunami di Posko Krakatau, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, mengalami gangguan hipertensi dan sakit mag akut hingga H+2 pascabencana. Berdasarkan data pos kesehatan yang didirikan TNI Angkatan Laut di posko pengungsian, hampir 75 persen pasien yang datang mengalami gangguan hipertensi dan sakit mag akut.

Letnan Satu (Lettu) Laut Dr Syahrul Dian dari Batalyon Kesehatan (Yonkes) 1 Marinir, mengatakan, hingga H+2 telah ada 180 pasien yang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Setelah dilakukan pemeriksaan dan diberi obat, para pasien dipersilakan pulang, kembali ke pengungsian, atau dirujuk ke rumah sakit jika tak bisa diatasi di pos kesehatan.

"Kebanyakan hipertensi dan maag akut. Sekarang pasien sudah kita pulangkan," kata dia di pos kesehatan, Senin (24/12).

Di dalam tenda kesehatan, beberapa pasien masih duduk-duduk beristirahat. Para pasien itu, kata dia, sudah mendapatkan perawatan. Tenda kesehatan yang didirikan ada empat buah, di mana bagian depan adalah ruang pemeriksaan, dua tenda istirahat dan perawatan, dan satunya tenda khusus untuk pasien yang mengalami trauma.

Baca juga, Tinggi Air Tsunami Selat Sunda Belum Bisa Dipastikan

Ia mengatakan, penyebab para pasien mengalami hipertensi dan maag akut adalah riwayat kesehataannya sendiri. Ia menambahkan, kondisi di lokasi pengungsian juga sedikit banyak memengaruhi kebugaran pasien.

Menurut dia, umumnya pasien yang mengalami hipertensi dan maag akut adalah lansia. Sementara anak-anak rata-rata mengalami gangguan batuk dan influenza.

"Anak-anak kemumgkinan disebabkan oleh kondisi di pengungsian yang seadanya," ungkap dia.

Selain itu, terdapat juga pasien yang mendapatkan perawatan khusus. Pasalnya, para pasien mendapatkan trauma akibat tergulung ombak saat kejadian.

Syahrul mengatakan, sejauh ini ada tiga orang pasien yang mengalami trauma, dua orang usia lanjut sementara satunya seorang nelayan usia produktif. Menurut dia, para pasien yang mengalami trauma diatasi dengan psiokterapi.

"Di sini kita menenangkan pasien. Mereka masih trauma balik ke rumah. Tapi ada ruang khusus di sana untuk itu dan tenaga khsusus," kata dia.

Sejauh ini, ia mengatakan, belum menemukan anak-anak yang mengalami trauma. Namun, kata dia, timnya sudah menyiapkan satuan tugas khusus untuk menangani trauma pada anak.

Menurut Syahrul, dalam hari-hari pertama potensi gangguan kesehatan yang paling tinggi adalah pasien yang mengalami trauma. Namun, setelah dua pekan berselang, penyakit yang datang akan berbeda, yaitu diare, penyakit kulit, batuk, dan influenza. 

"Kita sudah antisipasi dengan membawa stok obat yang memadai. Kita di sini 15 hari untuk evakuasi. Setelah itu untuk rehabilitasi dan rekinsturksi," kata dia.

Hingga saat ini, Yonkes 1 Marinir menerjunkan 107 prajurit. Sebanyak 30 orang bertugas di pos kesehatan, sementara sisanya berkeliling untuk mengevakuasi korban di lokasi pengungsian atau lokasi bencana.

"Pada saat di lokasi kita menerjukan juga dengan tim kesehatan lapangan. Apabila ada temuan korban kita assesment di sana harus dirujuk atau tidak," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement