Ahad 23 Dec 2018 14:46 WIB

BPPT: Indonesia Harus Bangun Fasilitas Alat Deteksi Tsunami

Dengan teknologi ini diharapkan akan mampu mengurangi dampak kebencanaan

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Alat peringatan dini tsunami (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Alat peringatan dini tsunami (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Bencana tsunami kembali menerjang Indonesia dipenghujung 2018 ini. Gelombang tsunami menerjang daratan Pandeglang Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) malam tadi.

Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza, mengatakan bencana ini kembali menyadarkan akan pentingnya teknologi pendeteksi bencana alam tsunami, longsor, banjir hingga erupsi. Dengan teknologi ini diharapkan akan mampu mengurangi dampak kebencanaan seperti saat ini

“Sesegera mungkin Indonesia harus membangun fasilitas alat deteksi Tsunami, dalam hal ini BUOY Tsunami maupun CBT atau Cable Based Tsunameter," kata Hammam melalui siaran pers yang terima Republika.co.id pada Ahad (23/12).

Ia berujar, BPPT sebagai salah satu aset pemerintah dalam bidang teknologi merasa perlu mengoptimalkan peran Teknologi untuk kesiapan dalam menghadapi bencana. Pihaknya pun kata dia, siap apabila harus membangun kembali teknologi pendeteksi dini bencana tersebut.

"Kami siap jika diminta untuk segera membangun kembali fasilitas alat deteksi dini tsunami, baik BUOY maupun CBT," ujarnya.

Hammam menyayangkan selama ini Indonesia selalu disibukkan dengan penanganan pasca bencana. Sementara upaya antisipasi masih sangat minim, bahkan belum menjadi fokus perhatian pemerintah Indonesia.

“Kita perlu membangun kemandirian teknologi peringatan dini sebagai komponen pembangunan nasional,” terangnya.

BPPT lanjut dia, telah memiliki berbagai teknologi yang siap digunakan untuk mengantisipasi bencana gempa bumi serta tsunami. Diharapkan alatnya ini dapat berperan signifikan dalam mengurangi risiko bencana yang selama ini banyak menimbulkan korban jiwa.

"Kita harus lebih advance dalam mengantisipasi bencana dengan menggunakan teknologi. Selain itu, sinergi dan komitmen yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan juga dibutuhkan. Teknologi mampu  berperan signifikan dalam upaya mengurangi risiko bencana,” tegasnya.

Hammam menyatakan turut berduka atas musibah yang menimpa Lampung dan Pandeglan Banten. Pihaknya saat ini tengah melalukan kajian untuk mencari tahu penyebab dan solusi atas bencana tersebut.

“Tim dari Pusat Teknologi Reduksi dan Risiko Bencana (PTRRB) BPPT saat ini tengah melakukan kajian dalam mencari penyebab dan solusi atas bencana ini,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement