REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Ribuan warga pesisir Pantai Pandeglang, Banten, mengungsi akibat diterjang gelombang pasang setinggi lima meter hingga merobohkan rumah. Mereka mengungsi ke masjid, sekolah, perkantoran, terminal, dan gedung tsunami.
"Kita bersama keluarga mengungsi ke masjid jami Al Mukmin," kata Yudi, warga Lantera Desa Cigodang Kecamatan Labuan, Pandeglang, Ahad (23/12).
Ia mengaku dirinya saat ini bingung setelah rumahnya roboh akibat diterjang gelombang pasang. Anggota keluarganya selamat setelah berlarian ke perbukitan yang jaraknya mencapai dua kilometer.
Peristiwa gelombang pasang terjadi pukul 21.20 WIB dan saat itu dirinya tengah duduk di halaman rumah yang jaraknya ke pantai 200 meter. Namun, tiba-tiba air laut menerjang permukiman masyarakat hingga kendaraan terseret dan ratusan rumah roboh.
"Kami tidak terbayangkan jika tengah tidur, karena gelombang pasang itu cukup tinggi hingga lima meter," katanya.
Begitu juga Memed, warga Laba Desa Cigodang, Kecamatan Labuan, mengatakan dirinya saat gelombang pasang langsung membawa anak dan istri ke tempat yang lebih aman. Ia berlarian dengan kondisi gelap sepanjang 1,5 kilometer untuk menyelamatkan jiwa dari bencana gelombang pasang itu. Ia berlarian mendengar suara keras letusan Anak Krakatau.
"Kami saat ini belum berani kembali ke rumah, karena khawatir terjadi gelombang pasang susulan," kata Memed yang mengungsi di gedung tsunami.
Berdasarkan pantauan, pada Ahad pagi hujan lebat masih berlangsung sehingga pengungsi belum melihat kondisi rumahnya. Mereka saat ini masih di pengungsian dan membutuhkan makanan. Saat ini, pemerintah daerah belum melakukan penyaluran bantuan makanan karena masih melakukan pendataan korban gelombang pasang.