REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatoligi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gelombang tinggi di Anyer adalah tsunami. Tipe pola gelombang tsunami sama seperti bencana di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Ahad (23/12) dini hari WIB.
Baca juga:
- Air Laut Naik, Warga Teluk Lampung Panik dan Mengungsi
- Rumah di Pesisir Panimbang Roboh Diterjang Gelombang Pasang
- BNPB Paparkan Data Ketinggian Air Pasang di Anyer
Dwikorita mengatakan, BMKG sudah melakukan koordinasi dengan Geologi ESDM menyepakati peristiwa di Anyer diduga akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Pernyataan diduga tsunami, karena disebabkan tim masih melakukan pengecekan di lapangan dan data. Saat ini kondisi yang gelap kurang mendukung pengamatan tim di lapangan.
Dwi mengatakan tsunami yang terjadi bukan seperti tsunami biasa yang dipantau BMKG. Tsunami tersebut bukan disebakan aktivitas tektonik akibat tabrakan lempeng gunung. Namun, tsunami Anyer disebabkan aktivitas erupsi gunung api atau aktivitas vulkanis.
"Erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tak langsung terjadinya tsunami. Kami perlu lihat lagi kalau sudah terang," ujar Dwi.
UPDATE:
Gelombang pasang di Anyer dan sekitarnya memang bukan tsunami karena aktivitas gempa tektonik. Namun hal tersebut DIDUGA tsunami akibat aktivitas gunung Anak Krakatau, setelah mendapat data dari Badan Geologi. #BMKG akan melakukan verifikasi lanjutan mengenai fenomena ini
— BMKG (@infoBMKG) December 22, 2018
BMKG dan ESDM segera mengirim tim untuk memantau ihwal apakah tsunami disebabkan aktivitas longsoran tebing Gunung Anak Krakatau. Tsunami yang terdeteksi cukup jauh sampai ke Bandar Lampung, Cilegon, Serang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, mencatat sebanyak tiga orang meninggal akibat terjangan gelombang tinggi di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan. Selain itu, sebanyak 21 orang dilaporkan terluka di daerah tersebut.
"Data sementara dampak gelombang pasang yang didapat BPBD pada 23 Desember pukul 00.30 WIB, terdapat tiga orang meninggal dunia dan 21 orang luka-luka di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Ahad (23/12).