Ahad 23 Dec 2018 02:41 WIB

BNPB: Tiga Meninggal Akibat Dampak Gelombang Tinggi

Gelombang tinggi akibat pasang air laut terjadi pada Sabtu (22/12) malam.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andri Saubani
Suasana jalanan di Karangbolong Anyer setelah diterpa ombak pasang pada pukul 21.45 WIB, Sabtu (23/12). Gelombang tinggi juga terjadi di Pandeglang dan Lampung Selatan.
Foto: Indira Rezkisari
Suasana jalanan di Karangbolong Anyer setelah diterpa ombak pasang pada pukul 21.45 WIB, Sabtu (23/12). Gelombang tinggi juga terjadi di Pandeglang dan Lampung Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, mencatat sebanyak tiga orang meninggal akibat terjangan gelombang tinggi di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan. Selain itu, sebanyak 21 orang dilaporkan terluka di daerah tersebut.

"Data sementara dampak gelombang pasang yang didapat BPBD pada 23 Desember pukul 00.30 WIB, terdapat tiga orang meninggal dunia dan 21 orang luka-luka di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Ahad (23/12).

Dia menjelaskan, penanganan darurat dampak gelombang tinggi yang menerjang pantai Anyer di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan terus dilakukan. Kejadian gelombang tinggi yang menerjang permukiman dan hotel di pantai berlangsung secara tiba-tiba. Karena itu, peristiwa tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Gelombang pasang berlangsung pada Sabtu (22/12) pukul 21.30 WIB.

BNPB mengatakan, berdasarkan data tercatat tiga orang meninggal dunia, 11 orang luka-luka dan dirawat di rumah sakit, lebih dari 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Kabupaten Pandenglang sebanyak 10 orang luka-luka.

"Pendataan masih dilakukan. Kondisi malam dan gelap menyebabkan belum semua dampak kerusakan diselesaikan," ujar Sutopo.

Dia mengatakan, BPBD bersama TNI, Polri,  Basarnas, SKPD, relawan dan masyarakat melakukan penanganan awal. Saat ini, bantuan disalurkan kepada masyarakat.

"Kondisi pasang laut yang menerjang pantai sebagian sudah surut. Genangan dan material sampah masih banyak di permukiman," kata Sutopo.

Sutopo menerangkan, fenomena gelombang pasang bukan disebabkan oleh gempa bumi yang memicu tsunami atau pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau. Namun, peristiwa itu disebabkan oleh dinamika laut dan pengaruh bulan purnama.

"Masyarakat dihimbau tetap tenang. Tidak ada tsunami," ujar dia.

Dia menegaskan, penyebab tsunami adalah disebabkan gempa, umumnya gempa lebih besar dari 7 SR. Selain itu, terjadinya tsunami biasanya disebabkan pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 20 km dan di zona subduksi, longsor bawah laut, erupsi gunung api dan jatuhnya meteor di laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement