REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan mengenai prioritas partainya dalam pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Ia mengatakan, pihaknya menetapkan ‘tujuan kembar’ (double track strategy), yaitu pertama, memenangkan Pileg, dan kedua menyukseskan pasangan calon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai presiden dan wakil presiden selanjutnya.
“Partai Demokrat selamai ini ditanya oleh pers dan media massa apa strateginya dan apakah lebih mengutamakan pileg atau pilpres, ya kami menetapkan tujuan kembar. Satu, memenangkan pileg. Kami ingin meraih suara yang lebih tinggi dibandingkan Pemilu 2014, dan kami akan menyukseskan Pak Prabowo menjadi Presiden RI lima tahun mendatang,” katanya usai mengadakan pertemuan dengan Prabowo Subianto di Jakarta Selatan, Jumat (21/12) sore.
Hal itu, lanjut SBY, tentu menjadi tugas dan kewajiban Partai Demokrat, baik secara moral maupun secara politik untuk mencapai tujuan tersebut. Ia pun mengakui, selama empat bulan ini, partai yang dipimpinnya itu memang fokus mengarah kepada pencapaian suara yang lebih baik bagi Partai Demokrat di parlemen kelak.
“Tanpa meninggalkan kontribusi kami untuk pemenangan pemilihan presiden,” tegasnya.
SBY mengatakan, dalam pertemuan yang ia lakukan bersama Prabowo di kediamannya, di Jalan Mega Kuningan Timur itu telah sepakat bahwa mulai Januari hingga April 2019, fokus utama Partai Demokrat adalah mengkampanyekan Prabowo sebagai calon presiden. Untuk menjelaskan kepada masyarakat yang nanti akan menggunakan hak pilihnya, SBY menyebutkan, yang akan disampaikan adalah visi-misi, tawaran program kerja, dan kebijakan Prabowo-Sandi untuk menjawab aspirasi dan harapan masyarakat.
Di sisi lain, mantan Presiden RI ke-6 itu juga menambahkan, dalam konteks pilpres selama masa kampanye tiga bulan ini, tidak terlalu banyak ruang bagi masyarakat untuk bisa mendengarkan apa yang akan dilakukan oleh kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019.
“Mungkin juga tidak semuanya diliput oleh pres dan media massa kita. Terkesan bagi rakyat, yang sering menjadi berita, yang mengemuka adalah bisa juga gimmick, atau pun serang-menyerang yang bersifat pribadi atau personal. Kalau ada konten tentang visi dan misi, program dan kebijakan, oleh rakyat dianggap belum memadai,” paparnya.
“Tentu ini menurut pandangan saya bertentangan dengan apa yang ditunggu oleh rakyat. Indonesia lima tahun ke depan mau diapakan? Terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan kesejahteaan yang diinginkan rakyat,” imbuhnya.