REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan ambang Satrio Lelono mengatakan pada 2018 Indonesia mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hal itu berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF).
"Laporan WEF menyatakan, indeks daya saing global Indonesia pada tahun 2018 naik ke peringkat 45 dari peringkat 47," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (20/12).
Peningkatkan daya saing tersebut diukur dengan 12 pilar yaitu kualitas institusi, infrastruktur, kondisi makro ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, pelatihan dan pendidikan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, penerapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. "Ukuran-ukuran tersebut dapat diperbaiki dan ditingkatkan apabila kita peduli terhadap peningkatan produktivitas. Baik di kalangan institusi pemerintahan, dunia usaha, dunia pendidikan/profesi maupun di masyarakat," kata Satrio.
Selain itu, selama tahun 2011-2017 produktivitas tenaga kerja di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, produktivitas tenaga kerja di Indonesia tumbuh sebesar 2,89 persen, lebih cepat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,85 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia semakin baik," jelas Satrio.
Begitu pula dengan pola produktivitas jam kerja yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2017 produktivitas jam kerja nasional sebesar Rp39.355,00 per jam per tenaga kerja, meningkat dari Rp38.177,00 per jam per tenaga kerja pada tahun 2016.
"Peningkatan ini mengindikasikan efisiensi penggunaan jam kerja oleh tenaga kerja yang semakin baik," ujar dia.
Meskipun secara global daya saing Indonesia meningkat, di tingkat ASEAN Indonesia masih kalah dari beberapa negara ASEAN lain. Daya saing Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia hanya unggul dari Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, serta Laos.