REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan daerah-daerah yang terdampak gempa seperti Lombok perlu mewaspadai potensi longsor dan banjir bandang saat musim hujan. Gempa menyebabkan lereng gunung menjadi lebih rapuh.
"Daerah yang sudah mengalami gempa bumi seperti Lombok dan Palu yang mengakibatkan lereng-lereng gunung menjadi rapuh, maka perlu mewaspadai terjadinya longsor dan banjir bandang," kata Dwikorita di Jakarta, Senin (17/12) lalu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Agung Pramuja membenarkan hal tersebut. Menurut Agung, dampak gempa mengakibatkan kerusakan, terutama di daerah perbukitan yang dinilai rentan mengalami longsor dan banjir bandang.
Agung menyampaikan, retakan tanah akibat gempa mengakibatkan kejadian longsor dan banjir di sejumlah wilayah terdampak gempa, seperti di Sembalun yang merupakan desa di kaki Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Timur. Kejadian banjir dan longsor juga terjadi di wilayah terdampak gempa di Desa Gunturmacan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat.
Agung menyebutkan, sejumlah wilayah terdampak gempa yang juga memiliki potensi banjir dan longsor berada di Desa Obel-obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Tinur; Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara; dan sejumlah wilayah perbukitan di Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Kata Agung, BPBD NTB sudah melakukan sosialiasi kepada masyarakat, terutama yang berada di wilayah terdampak gempa untuk mewaspadai terjadinya banjir dan longsor.
"Kita imbau masyarakat waspada, terutama saat hujan turun, dipelajari tanda-tanda alam seperti gemuruh agar bisa langsung lari ke tempat yang lebih aman," ujar Agung kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Selasa (18/12).
Selain itu, BPBD NTB juga mengimbau masyarakat yang berada di bantaran sungai untuk waspada dan memerhatikan debit air saat hujan turun. "Jika debit air sudah mulai naik segera hindari sungai, jangan bermain di sungai karena potensi yang dibawa bukan air saja tapi material," ucap Agung.
BPBD NTB telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten dan kota yang ada di NTB untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Agung mengatakan, BPBD NTB telah meminta BPBD kabupaten/kota untuk memastikan alat-alat terkait menghadapi banjir sudah berfungsi, seperti mesin penydot air dan perahu karet agar dipersiapkan.
Agung tidak menampik potensi banjir dan longsor akibat retaknya tanah yang terjadi pascagempa beberapa bulan lalu. Dia berharap Dinas PU melalukan pemeliharaan jalan sebagai langkah antisipasi terjadinya banjir dan longsor.
Seruan senada juga disampaikan ke BPBD di Pulau Sumbawa. Pada awal Desember, Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa mengalami banjir. Agung mengatakan, wilayah tersebut bukan daerah terdampak gempa. Banjir yang terjadi di Empang lebih diakibatkan karena kerusakan lingkungan yang ada di wilayah tersebut.
"Empang bukan terdampak gempa, itu dampak dari kerusakan lingkungan hutan, dampak dari alih fungsi lahan dari hutan ke jagung, akhirnya yang rugi daerah dan masyarakat sendiri," kata Agung menambahkan.