Selasa 18 Dec 2018 14:56 WIB

Ini Kendala Rehabilitasi Lombok

Dari 800 tukang yang sudah dilatih, yang bertahanhanya 190 orang.

Prajurit TNI yang tergabung dalam Kogasgabpad Rehabilitasi dan Rekonstruksi  bersama-sama warga bahu membahu memperbaiki pipa saluran air bersih sepanjang 6 km yang rusak akibat gempa di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Senin (22/10).
Foto: dok. Puspen TNI
Prajurit TNI yang tergabung dalam Kogasgabpad Rehabilitasi dan Rekonstruksi bersama-sama warga bahu membahu memperbaiki pipa saluran air bersih sepanjang 6 km yang rusak akibat gempa di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Rehabilitasi Lombok saat ini baru sekitar 3,2 persen. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan sejumlah hal yang masih menjadi kendala adalah ketersediaan bahan baku serta kurangnya tenaga fasilitator dan tukang bangunan.

Skema penyaluran dana stimulan untuk rekonstruksi rumah korban gempa sendiri telah diatur dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2018. Dana bantuan disalurkan langsung ke rekening masyarakat pemilik rumah, kemudian masyarakat membentuk kelompok masyarakat yang terdiri dari 10 sampai 20 orang.

"Kondisi lapangan, dari 1.700 orang fasilitator yang ada sejak awal, saat ini tersisa 803 fasilitator saja, yang lain pulang kampung," kata Willem.

Di sisi lain, papar Willem, kemampuan mencetak produksi panel untuk Risha (rumah instan sederhana sehat) saat ini hanya mampu 30 unit rumah per hari dari angka idealnya yang seharusnya 400 per hari.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan, Achmad Gani Ghazali mengatakan, untuk percepatan saat ini Kementerian PUPR sedang mendorong aplikator-aplikator panel. Saat ini sudah dibentuk 53 aplikator, 17 di antaranya pengusaha lokal NTB.

"Ada 12 BUMN juga yang sudah membuat workshop untuk pengembangan kapasitas produksi panel Risha," ucap Gani.

Gani mengakui, hingga saat ini masih banyak kendala, selain keterbatasan bahan panel Risha juga SDM terutama tukang besi.

"Apalagi untuk merangkai besi Risha sulit dan harus miliki keahlian tersendiri, juga dibutuhkan ketekunan karena ini mengerjakan ribuan bukan hanya satu atau dua," katanya.

Gani mengatakan, dari 800 tukang yang sudah dilatih, yang bertahan dan tersisa saat ini hanya 190 orang, yang lainnya mengundurkan diri. Menurut Gani, untuk percepatan Kementerian PUPR akan berupaya menambah tenaga fasilitator dan tukang, dan tidak menutup kemungkinan tenaga tukang diambil dari luar NTB.

"Untuk fasilitator kita punya 805, termasuk 496 insinyur muda dari PUPR. Tapi mereka minta libur akhir tahun. Jadi kita akan upayakan 715 orang fasilitator lagi untuk tambahan," katanya.

Ia menjelaskan, dalam aturannya, fasilitator ini bertugas untuk menyusun RAB dan menggambar desain rumah serta mamastikan itu rumah tahan gempa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement