REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno (IP) mengantisipasi lonjakan tingkat inflasi akibat putusnya jalur utama Kota Padang menuju Bukittinggi. Ia menjelaskan, Padang-Bukittinggi merupakan jalur paling strategis di antara jalur lainnya di Sumatra Barat.
Jalur yang putus sejak Senin (10/12) petang tersebut juga menghubungkan ibu kota Sumbar dengan kota-kota lain sebagai sentra ekonomi, seperti Payakumbuh, Batusangkar, dan Kabupaten Agam.
"Jalur ini juga sebagai distribusi barang. Makanya karena terputus, dampaknya akan kita lihat. Termasuk pengaruh ke inflasi, karena ada penambahan biaya dan waktu distribusi," jelas IP saat meninjau lokasi jembatan Sungai Kalu yang masih putus, Rabu (12/12).
Inflasi yang dimaksud IP adalah adanya lonjakan harga dari bahan pokok yang didistribusikan dari Padang menuju Bukittinggi, dan sebaliknya. Namun IP belum bisa memprediksi sejauh mana putusnya jalur utama Padang-Bukittinggi ini bisa mempengaruhi harga bahan pokok di Sumatra Barat.
"Makanya kami untuk mempercepat ini, kita pakai (jembatan) bailey. Insya Allah paling lama 2-3 hari ke depan sudah bisa dilalui," kata IP.
Menjelang akhir tahun 2018, tingkat inflasi di Sumatra Barat masih terjaga rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, laju inflasi bulanan Sumbar pada November 2018 terpantau sebesar 0,27 persen (mtm), atau lebih rendah dibandingkan bulan Oktober 2018 yang sebesar 0,81 persen (mtm).
Realisasi inflasi Sumatra Barat pada November 2018 sama dengan inflasi nasional yang sebesar 0,27 persen (mtm), namun sedikit di atas rata-rata inflasi kawasan Sumatra yang sebesar 0,11 persen (mtm).