Selasa 11 Dec 2018 18:32 WIB

BPN akan Pindah Markas, Pengamat: Jawa adalah Kunci

Pengamat menilai kubu Prabowo-Sandi berupaya memperkecil ketimpangan elektoral

Rep: Mabruroh/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago
Foto: Pribadi
Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai rencana pemindahan markas Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi ke Jawa Tengah, sebagai strategi untuk menjinakan 'kandang banteng'. Menurutnya, BPN berupaya memperkecil ketimpangan elektoral di Jawa Tengah.

"Ini sesuatu yang menarik dicermati. Menarik karena Prabowo- Sandi sedang melakukan perang urat saraf membunuh, menjinakkan mental lawan di kandang Banteng," kata Pangi Syarwi Chaniago, Selasa (11/12).

Menurut Pangi, jika dicermati, BPN Prabowo-Sandi sedang melakukan penetrasi dan ekspansi ke jantung lawan. Sehingga perpindahan posko pemenangan menurutnya adalah sesuatu yang normal. "Prabowo-Sandi sedang berupaya memperkecil ketimpangan elektoral di Jawa Tengah, paling tidak mencoba mengimbangi suara Jokowi di Jawa Tengah, syukur-syukur kalau menang," ujarnya.

Memang sulit lanjut Pangi, untuk menaklukkan Jawa Tengah bukanlah hal yang mudah. Inilah kenapa menurutnya harus dilakukan BPN Prabowo-Sandi sebagai tantangan dan juga untuk melakukan cek ombak (testing the water).  Berkaca pada pemilu 2014, perolehan suara Jokowi-JK jauh lebih unggul  sebesar 12.959.540 (66,65 persen) dibandingkan suara Prabowo-Hatta sebesar 6.485.720 (33,35 persen).

Dalam strategi pendekatan polical marketing, sambungnya tentu mengenal penentuan peta wilayah zonasi pemenangan berdasarkan aspek pemilih paling potensial yang terdiri dari variabel kepadatan penduduk. Dan Jawa merupakan potensi wilayah yang menjadi rebutan karena jumlah penduduknya besar dan padat, sehingga suara pemilih Jawa menjadi penentu.

Pangi menjelaskan, selain zona wilayah juga ada zona pertempuran sekunder di mana target minimalnya adalah mengimbangi suara Jokowi agar Prabowo tidak kalah telak seperti pada pilpres 2014 di Jawa Tengah. Ketiga, zona pertempuran tersier atau wilayah prioritas terakhir, oleh karena itu, pembacaan skala prioritas harus tuntas diselesaikan capres dan cawapres.

"Kita sepakat bahwa Jawa adalah kunci, memenangkan kantong suara Jawa otomaticly memenangkan pilpres 2019. Prabowo harus kembali menghitung dan meng-kalkulasi ulang faktor kekalahannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada pilpres 2014," katanya.

Intinya tambah Pangi, kunci memenangkan Pilpres adalah suara masyarakat Jawa. Karena kantong suara terbanyak berada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Sedangkan DKI Jakarta dan Banten menjadi zonasi pertarungan primer masing-masing pasangan capres dan cawapres," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement