Selasa 11 Dec 2018 14:43 WIB

Di Balik Rencana Pemindahan Markas Prabowo ke Jawa Tengah.

Kubu Jokowi masih yakin meraih kemenangan di Jateng.

Rep: Rizkyan Adiyuda/Rizki Suryarandika/Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kubu capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, akan memindahkan markas tim pemenangannya ke Jawa Tengah. Hal tersebut merupakan salah satu strategi merebut suara di Jawa Tengah.

Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said, mengatakan, pemindahan dilakukan dalam rangka memberikan perhatian khusus untuk pemenangan pemilihan presiden di Jawa Tengah. Sudirman menyebut, Jawa Tengah merupakan provinsi penting yang harus dimenangkan pasangan Prabowo-Sandiaga.

"Kemenangan di Jateng besar pengaruhnya secara nasional," kata Sudirman, Senin (10/12).

Anggota Dewan Pengarah BPN Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon, menyebut rencana pemindahan markas BPN ke Jawa Tengah untuk memperkuat basis pemenangan di wilayah tersebut. Fadli menyebut, itu bagian dari strategi pemenangan BPN untuk berupaya merebut basis daerah yang dikuasai pihak lawan.

Sebab, Jawa Tengah merupakan salah satu basis PDIP yang mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "Ini kan analogi ya, pertempuran politik atau kompetensi politik kan biasa-biasa saja, kalau kita ada di satu garis di mana daerah itu masih dikuasai lawan, ya kita berusaha untuk menguasainya," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/12).

Namun, ia menekankan, strategi yang digunakan untuk menguasai basis wilayah lawan tetap dalam koridor konstitusional. Menurutnya, BPN akan menambah sejumlah posko di Jawa Tengah dan membaur dengan masyarakat.

"Jadi lebih komunikatif, lebih dekat, sehingga dari sisi jarak itu tidak ada halangan dan itu juga menunjukkan perhatian. Jadi janganlah posko itu selalu ada di Jakarta atau di daerah-daerah sekitar Jakarta, posko itu bisa juga di daerah-daerah lain," ujar Fadli.

Ia pun meyakini, upaya tersebut akan meningkatkan basis dukungan pasangan Prabowo-Sandiaga.  Sebab, ia menilai, banyak masyarakat yang menginginkan perubahan.

"Masyarakat Indonesia semakin rasional, apalagi di era sosmed sekarang mereka mendapat informasi lebih cepat bisa lebih variatif, tidak ada monopoli kebenaran tidak ada monopoli pencitraan. Jadi, menurut saya, peluang yang besar bagi kontestasi demokrasi kita, baik itu pileg dan pilpres jadi kalau menurut saya ya itu," ujar Fadli.

Menanggapi rencana tersebut, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf (TKN) Hasto Kristiyanto menilai, rencana pemindahan markas perjuangan Prabowo-Sandiaga ke Jawa Tengah tidak tepat. Menurutnya, rencana itu malah menguatkan semangat simpatisan PDIP dan parpol koalisi TKN.

"Rencana Sandi tersebut justru menjadi blunder. Sebab, seluruh elemen pendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin justru semakin solid bersatu dan meningkatkan target pilpres dari 75 persen menjadi 80 persen," katanya.

Hasto menekankan loyalitas pemilih bukan hasil proses singkat, melainkan proses panjang. Proses tersebut, sambung dia, serupa memenangkan hati rakyat lewat kerja nyata Presiden Joko Widodo. "Memang, kerja nyata itulah yang selama ini dilakukan Pak Jokowi," ujar sekertaris PDIP itu.

Ia menganggap prestasi nyata dalam kepemimpinan Jokowi diapresiasi masyarakat Jawa Tengah. Ia optimistis dukungan masyarakat Jawa Tengah untuk Jokowi semakin solid bila ada gangguan lawan politik.

"Bayangkan, kurang apa masifnya Obor Rakyat diproduksi oleh Tim Prabowo 2014 yang lalu. Dan hal tersebut justru mengobarkan militansi Banteng Keraton," ucapnya.

Hasto memprediksi pemindahan markas cuma taktik politik jangka pendek. Penyebabnya ialah tidak satu suaranya koalisi parpol pendukung Prabowo-Sandiaga.

"Masuk ke Jawa Tengah yang dikenal guyub dengan berbagai issue yang memecah dipastikan akan kontra-produktif," tegasnya.

Sementara, Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan TKN Koalisi Indonesia Kerja (KIK) Ida Fauziah mengatakan, saat ini pihaknya masih percaya diri  bahwa Jokowi unggul di Jateng. Ida Fauziah mengatakan, meski dukungan terhadap Jokowi di daerah tersebut masih terbilang kuat, namun TKN tetap akan berjuang mempertahankan suara di kawasan.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini melanjutkan, hingga saat ini elektabilitas Jokowi masih lebih unggul dari calon presiden penantang Prabowo Subianto di Jateng.

Dalam pemilu 2014 lalu, Jokowi yang saat itu ditemani JK unggul telak di Jateng dengan perolehan suara mencapai 66,65 persen. Angka itu meninggalkan jauh pasangan Prabowo-Hatta Rajasa yang mendapatkan 33,35 persen dari total suara sah sebanyak 19.445.260.

"Tapi meski begitu kami tetap akan bekerja untuk mengambil hati masyarakat disana," kata Ida Fauziah lagi.

Sementara, alasan Sandi menjadikan Jateng sebagai fokusnya lantaran di wilayah tersebut masih banyak masyarakat yang ingin mengetahui visi misinya sebagai pendamping Prabowo Subianto. Sejak hari pertama kampanye dilaksanakan, Sandiaga tercatat sudah berkampanye di 818 titik. "Karena di sana (Jawa Tengah) lokasi luas dan animo masyarakatnya banyak," katanya.

Baca juga: Begini Penampakan Jembatan Putus di Jalur Padang-Bukittinggi

Baca juga: Menjadi Kaya dan Memperbudak Dunia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement