REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kota Surakarta, Jawa Tengah, menyatakan konsumsi Elpiji ukuran tabung 3 kilogram mengalami penurunan. Penurunan permintaan tersebut terjadi karena sebagian konsumen Elpiji subsidi di Soloraya merupakan pelaku usaha kecil.
"Penurunan sudah terjadi sejak 4-5 hari setelah memasuki musim hujan, penurunan sekitar 5 persen," kata Ketua Hiswana Migas Bidang Elpiji 3 Kg Kota Surakarta Budi Prasetyo di Solo, Senin (10/12). "Misalnya pada saat musim hujan yang seharusnya bahan bakar bisa digunakan untuk mengolah makanan yang cara membuatnya harus dijemur dulu, mereka jadi terhambat prosesnya karena sinar matahari minim," katanya.
Selain itu, petani yang biasanya menggunakan elpiji 3 kg untuk mengairi sawah, saat ini relatif tidak kesulitan karena mengandalkan air hujan. "Seperti Sragen, permintaan Elpiji subsidi oleh petani cukup tinggi," katanya.
Melihat kondisi tersebut, dikatakannya, saat ini tingkat pangkalan juga mengurangi permintaan Elpiji 3 kg dari agen. "Seperti jika biasanya mereka minta dikirim 10 tabung, saat ini turun jadi 8 tabung," katanya.
Sementara itu, terkait dengan jelang libur panjang akhir tahun diprediksikan akan terjadi kenaikan konsumsi. Untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan, pihaknya sudah mempersiapkan dengan mengoptimalkan "loading order" (LO).
Selain itu, pihaknya juga sudah memiliki tim yang ada di setiap kabupaten. Budi mengatakan tim tersebut turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi yang terjadi terkait konsumsi Elpiji. "Kalau dari dasar laporan mereka ada peningkatan konsumsi, maka pemda membuat surat ke Pertamina untuk selanjutnya ada penyaluran fakultatif," katanya.
Sebelumnya, Sales Eksekutif Elpiji Rayon V PT Pertamina (Persero) Adeka Sangtraga mengatakan volume konsumsi Elpiji melon di Soloraya di kisaran 5,9 juta tabung per bulan. "Angka ini naik jika dibandingkan tahun lalu sekitar 5,5 juta tabung per bulan," katanya.