Jumat 07 Dec 2018 00:18 WIB

Puting Beliung di Bogor, Peneliti: Harus Dibuat Peta Bencana

Puting beliung menyebabkan satu orang meninggal dunia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Warga duduk di depan rukonya yang rusak diterjang angin puting beliung di wilayah Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/12)
Foto: Firmansyah/Antara
Warga duduk di depan rukonya yang rusak diterjang angin puting beliung di wilayah Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/12)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kejadian angin kencang dan puting beliung yang baru saja terjadi di wilayah Bogor pada Kamis (6/12) sore bukanlah yang pertama. Ahli Spasial Klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Perdinan mengatakan, ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya Bogor merupakan daerah rawan bencana hidroklimatologi.

Perdinan mengatakan, risiko angin kencang biasanya banyak muncul pada saat terjadi peralihan musim karena perbedaan tekanan. Kota Bogor dengan struktur kawasan yang berkontur atau tidak datar menjadi salah satu pemicu terjadinya puting beliung. "Perbedaan tekanan dan gerakan angin terus menimbulkan akumulasi awan yang disertai angin seperti yang tengah terjadi saat ini," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Perdinan menjelaskan, pihaknya sudah menyampaikan potensi bahaya dan bencana yang umum di Kota Bogor dalam pertemuan dengan Walikota Bogor Bima Arya. Bencana tersebut di antaranya angin kencang, banjir dan genangan, tanah longsor, serta kebakaran.

Dalam pertemuan itu, Perdinan menyarankan perlu dilakukan serangkaian langkah antisipatif. Termasuk melalui pemetaan wilayah berpotensi angin kencang, pemetaan distribusi spasial pohon dengan jenis dan umur, pemetaan topografi dan kemiringan wilayah. “Selain itu, penataan pepohonan di wilayah kota,” ucap Sekretaris Pusat Studi Bencana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PSB LPPM) IPB ini.

Menurut Perdinan, karena bukan kejadian pertama, banyak pihak akan lupa terhadap potensi bahaya dan bencana. Untuk itu, ia mengimbau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) harus segera mengumpulkan semua data-data kejadian sejak 10 tahun terakhir dan memetakan tingkat bahaya dan frekuensinya.

Selanjutnya, Perdinan menambahkan, data tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman mitigasi berdasarkan daerah yang rawan bencana. Dengan demikian Kota Bogor dapat lebih antisipatif dalam menyikapi setiap perubahan dan risiko yang akan terjadi.

Cuaca mendung gelap akibat adanya awan Cumulonimbus telah menyebabkan bencana puting beliung menerjang wilayah Bogor Selatan Kamis pukul 15.00 WIB. Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), puting beliung kemudian disertai hujan deras dan pohon tumbang melanda wilayah Kelurahan Cipaku, Kelurahan Batutulis, Kelurahan Pamoyanan dan Kelurahan Lawanggintung Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, puting beliung menyebabkan satu orang meninggal dunia atas nama Eni Retno (46 tahun), warga Perumahan Bogor Nirwana Residence, Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.

Data sementara menunjukkan, sebanyak 50 unit rumah mengalami kerusakan. Diperkirakan jumlah rumah rusak akan bertambah karena banyak rumah yang terdampak puting beliung di empat kelurahan. “Enam unit kendaraan ringsek. Pohon tumbang di lima titik di kawasan Bogor Selatan,” ucap Sutopo dalam rilisnya.

Tim Reaksi Cepat BPBD Kota Bogor dibantu TNI/Polri dan Tagana melakukan pendataan, evakuasi korban dan mobil serta pemotongan dan pembersihan pohon yang tumbang. Pendataan masih dilakukan.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor Hadi Saputra mengatakan, kecepatan angin yang melanda wilayah Batu Tulis dan sekitarnya di Kecamatan Bogor Selatan mencapai 30 knot atau 50 km per jam dalam satu hembusan. "Sapuan angin mencapai 100 meter hingga satu kilometer mengikuti arah angin," katanya.

Menurut Hadi, angin kencang terjadi karena bentukan awan Cumulonimbus yang cukup matang di wilayah Bogor Selatan. Situasi ini berpotensi terjadi selama puncak musim hujan yang berlangsung di wilayah Bogor hingga akhir Februari 2019.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement