REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto melontarkan kritik hingga memarahi media dan jurnalis dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional ke-26 di Jakarta, Rabu (5/12). Prabowo menyebut bahwa media saat ini banyak yang tidak mau melaporkan berita sesuai fakta.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Faldo Maldini menegaskan, pernyataan Prabowo tersebut sejatinya tidak berniat untuk memulai permusuhan dengan media massa. Namun, tidak pula ingin diuntungkan oleh pemberitaan para jurnalis.
“Kami tidak minta diuntungkan media massa, cuma berharap agar media hari ini sedikit lebih berimbang, terutama bagi media yang dimiliki oleh barisan pejawat,” ujar Faldo kepada Republika.co.id, Rabu malam.
Faldo menjelaskan, harus diakui sebagian media belum secara baik dan berimbang dalam membuat pemberitaan. Terkhusus pemberitaan seputar Pemilihan Presiden 2019. Meski begitu, harus diakui juga bahwa sebagian media masih tetap mempertahankan unsur keberimbangan berita.
Media, lanjut Faldo, adalah bagian dari penegakan pilar-pilar demokrasi. Ketika media mulai keluar dari jalur demokrasi, maka sudah seyogyanya diingatkan. Hal itu juga berlaku di kalangan kader-kader partai politik untuk saling mengingatkan bila ada yang mulai menyimpang.
Diketahui bersama, kemarahan Prabowo bermula ketika dirinya menilai arus pemberitaan media di Indonesia terkait Reuni 212. Menurut Prabowo media seolah tidak menyajikan laporan sesuai fakta di lapangan. Hal itu dilihat dari laporan berbagai media yang menyebut bahwa jumlah massa Reuni 212 hanya sekitar 15 ribu orang.
Padahal, kata Prabowo, jumlah massa yang hadir mencapai belasan juta. Kehadiran massa sebanyak itu pun menjadi peristiwa besar. Kali pertama jutaan umat berkumpul di satu tempat tanpa dibiayai siapapun.
Terkait hal tersebut, Faldo mengatakan redaksi-redaksi media massa juga perlu menjelaskan kepada publik alasan tidak memuat porsi pemberitaan yang layak. “Terutama perusahaan televisi, mereka bisa tayang karena frekuensi milik publik, bukan milik penguasa. Maka cerahkan publik dengan pemberitaan yang positif. Nikahan artis saja bisa berjam-jam, apa yang bikin Reuni 212 tidak penting?” tuturnya seraya bertanya.