REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto melontarkan omelan pedas kepada jurnalis dan media. Kemarahan Prabowo tersebut salah satunya lantaran pemberitaan sejumlah media terkait jumlah massa yang hadir pada Ahad (2/12).
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN), Andre Rosiade mengatakan, omelan itu semata-mata untuk menyalurkan aspirasi yang dia terima. “Prabowo tidak mengomeli media, itu hanya menyampaikan kegalauan, aspirasi masyarakat kepada Pak Prabowo,” kata Andre kepada Republika.co.id, Rabu (5/12) malam.
Menurut Andre, sejumlah aspirasi yang diterima, beberapa menyebutkan bahwa media saat ini seakan tidak mau memberitakan Reuni 212 sesuai kondisi nyata di lapangan. Baik dari sisi jumlah massa, maupun kondusifitas saat berlangsungnya gelaran tersebut. “Nah, rasa gundah gulana itu yang disampaikan,” tuturnya.
Politikus Partai Gerindra itu pun memastikan, kemarahan yang ditunjukkan Prabowo tersebut bukan untuk mengambil simpati agar massa Reuni 212 memilih dirinya. Dengan penyampaian aspirasi itu, kata Andre, Prabowo merasa lega karena sudah membantu menyuarakan suara masyarakat.
Seperi diketahui, dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu siang. Pada kesempatan tersebut, Prabowo mengatakan bahwa hampir semua media tidak mau meliput. Di satu sisi, dari 11 juta yang diyakini hadir, berbagai media menyatakan hanya belasan ribu orang.
“Saya kira yang seperti ini (11 juta orang berkumpul) belum pernah terjadi . Hebatnya, media-media kondang yang bertanggung jawab membela demokrasi, (mereka) memanipulasi demokrasi,” kata Prabowo.
Prabowo juga mengaku tidak lagi percaya dengan media mainstream. Bahkan Prabowo mengaku membaca koran hanya untuk melihat kebohongan demi kebohongan apa yang dicetak setiap harinya. Pada kesempatan yang sama, Prabowo pun menyebut bahwa jurnalis merupakan antek-antek orang yang ingin menghancurkan Indonesia.
Namun, Andre kembali menegaskan bahwa seluruh yang dikatakan Ketua Umum Partai Gerindra itu semata-mata sebatas kritik. Ia menambahkan, jurnalis merupakan ujung tombak informasi di Indonesia. Jurnalis yang baik dan independen bisa mempersatukan NKRI. Sebaliknya, jurnalis yang kurang baik bisa merusak keutuhan NKRI.