REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta siap menjadi pusat kesenian dan budaya di Asia. Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan mengatakan, revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi bagian untuk membawa Jakarta sebagai pusat seni dan kebudayaan Asia.
“Sudah saatnya, Jakarta memiliki pusat kesenian berkelas internasional. Dan saya ingin Jakarta bisa menjadi tuan rumah bagi perhelatan kesenian dan kebudayaan dunia. Itu artinya kerja besar bagi kita semua yang ada di tempat ini,” kata Anies dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/12).
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi DKI Jakarta, Asiantoro menjelaskan, revitalisasi TIM akan dimulai pada 2019. Pembangunan dilakukan selama dua tahun.
“Pada tahun pertama akan dilakukan pembangunan gedung baru beserta fasilitas penunjang. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 501,5 miliar,” ujar Asintoro.
Ia menambahkan, pembangunan dilanjutkan pada 2020. Revitalisasi dilakukan terhadap bangunan eksisting dan penataan ruang terbuka hijau. “Tahun ini dialokasikan anggaran sebesar Rp 1,3 triliun. Jadi total anggaran yang dibutuhkan Rp 1,8 triliun. Pembangunan akan dilakukan oleh PT Jakpro,” tutur Asiantoro.
Revitalisasi TIM akan diilakukan arsitek ternama, Isandra Matin atau Andra Matin. Ia merupakan arsitek yang membangun Bandara Banyuwangi dengan konsep green airport. Desain revitalisasi TIM dirancang untuk mengembalikan nafas atau soul TIM saat pertama kali dibuat pada 1968, yaitu inklusif, terbuka, dan guyub.
Andra menegaskan, revitalisasi akan menjadikan Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) TIM menjadi taman berukuran besar. Sehingga dapat menjadi tempat para seniman untuk praktik, latihan, dan mempertunjukkan seninya di luar ruangan (outdoor).
“Masyarakat dapat melihat mereka berlatih atau sekadar menikmati ruang terbuka hijau. Sehingga, PKJ TIM menjadi tempat yang inklusif bagi para seniman dan masyarakat,” paparnya.
Revitalisasi akan berlangsung dalam beberapa tahap. Pembangunan bangunan baru untuk merelokasi sementara semua kegiatan. Bangunan lama akan dipugar, seperti mengubah lahan parkir menjadi taman, dan memindahkan tempat parkir ke bawah (basement) bangunan yang baru. Bangunan teater Jakarta dan Planetarium tetap dipertahankan karena termasuk bangunan bersejarah dan dan masih berfungsi baik. “Interior Planetarium pertahankan. Namun, eksteriornya akan menyesuaikan dengan desain yang baru,” pungkas Andra.